Eros yang dimaksud Plato yaitu cinta paling dasar, dimana cinta ini hanya pada ketertarikan fisik, cinta yang berorientasi pada pemenuhan hasrat seksual, menekankan keindahan fisik pada objek yang dicintai.
Cinta yang semacam ini: Kalau dalam peribahasa itu "Habis manis sepah dibuang", karena setelah terpenuhinya hasrat seksual dan objek fisiknya sudah nggak lagi indah maka cinta itu akan memudar dan lama lama akan hilang.
Berbeda hal nya dengan kisah cinta antara Layla dan Majnun (Qais) yang nggak "easy come, easy go". Cinta mereka cinta yang Platonis (cinta pada tataran ide, cinta yang murni sepenuhnya), bahkan banyak sastrawan dan tokoh sufi terinspirasi dengan kisah cintanya Layla dan Majnun.
"Kisah Cinta Klasik dari Negeri Timur" tersebut, nggak akan mungkin bisa dilakukan oleh anak muda jaman sekarang dalam menjalani kisah cintanya dengan pasangan masing masing deh. Saya rasa nggak akan kuat, karena yang kuat hanyalah Dilan saja. Eaaa...
Bagaimana mungkin bisa kuat? Yang kalau toh nggak direspon oleh pacarnya di wasap cuma sepuluh menit saja langsung 'ngambek'. Yang kalau pacarnya memliki karakter yang "too good person", dengan segala strategi yang dipunya memanfaatkan situasi yang ada untuk berselingkuh. Huh. Lemah!
Qais yang disebut Majnun (maknanya "gila") itu, memiliki daya cinta yang kokoh, se-kokoh baja. Walau banyak rintangan yang dihadapinya, tetapi cintanya untuk Layla nggak hilang ditelan jaman, begitupun sebaliknya.
Hal gila yang dialami oleh Qais saat jatuh cinta kepada Layla itu, sebab cintanya begitu dalam sedalam palung Mariana dan besar sebesar Planet Jupiter.
Terbukti saat Layla dinikahi oleh Ayahnya dengan laki laki lain (yang bukan Qais). Qais mengalami ke-ambyar-an luar biasa. Perih? Ya sudah pasti!
Namun mengapa jika cinta Layla kepada Qais yang sama sama begitu besar lantas menerima pinangan dari laki laki lain?
Begini para anak muda milenial yang saya hormati: Layla nggak bisa menolaknya lantaran tradisi pada jaman klasik tersebut yang kalau anak perempuan menolak akan dihukum oleh Ayah nya. Itu tradisi klasik lho ya.
Walau sudah menikah, Layla tetap menjaga keperawanannya hingga akhir hayat begitupun juga denga Qais yang menjaga keperjakaannya. Hal tersebut adalah ekspresi atas ketulusan cintanya kepada Qais.