Mohon tunggu...
Wilda Noventian Ardina
Wilda Noventian Ardina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Prof.K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Hallo, nama saya Wilda Noventian Ardina, hobi saya adalah membaca, Hidup adalah tantangan. Tak perlu menjelaskan sesulit dan sekeras apa hidup kita, hanya karena kita hidup diam-diam bukan berarti kita hilang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai dengan Masa Lalu

15 Juli 2024   12:20 Diperbarui: 15 Juli 2024   12:34 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhir-akhir ini, kita kerap menyaksikan berbagai fenomena bullying di aneka tempat, termasuk sekolah. Tentu itu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat. 

Dampak buruk bagi korban bullying di sekolah dapat menyebabkan traumatis. Bahkan ia bisa saja melakukan tindakan-tindakan buruk yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan lingkungannya. 

Ada seorang gadis cantik bernama Nala yang mengalami korban bullying di sekolah nya selama 3 tahun. Nala adalah anak pertama perempuan dari keluarga nya, nala pun bersekolah sekaligus mondok di pondok pesantren dekat sekolah nya. Pada suatu hari saat nala bersekolah, pada jam istirahat berlangsung Nala beranjak ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat Sunnah Dhuha pada pukul 9 pagi, selesainya sholat Nala pergi ke ruang kelasnya, sesampainya di bangku duduk Nala, Nala menemukan tas nya terbuka dan ada beberapa barang yang hilang dan buku nya robek, Nala berbicara dengan anak kelas siapa yang membuka tas nya tanpa izin dan mengambil pulpen Nala, tidak ada satupun komentar yang menjawab pertanyaan Nala. 

Lalu di hari selanjutnya pada jam istirahat berlangsung, kejadian yang sama terulang kembali, Nala bingung harus mengatakan apa karena tidak mendapatkan respon dari teman kelasnya. Pada saat jam pulang Nala mengambil sepatunya di rak sepatu yang berada di luar kelas yang sudah disediakan oleh sekolah, lalu saat hendak mengambil dan memasang kan sepatu Nala mendapatkan 3 biji paku payung yang berada di dalam sepatunya. Nala ingin protes tetapi Nala tidak ada keberanian untuk protes karena sikap anak kelas yang selalu kasar terhadapnya. 

Lalu di hari kemudian, saat nala berangkat bersekolah di pagi hari, Nala dihadang oleh anak kelas dan mengambil tas nya lalu menumpahkan isi tas Nala di depan gerbang sekolah. Nala memohon kepada temannya agar tidak melakukan itu tetapi temannya menjambak rambut Nala dan menjatuhkan tubuh Nala ke tanah. Saat nala ingin meminta tas nya kembali, temannya meminta Nala untuk bersujud kepada mereka. 

Dengan rasa takut Nala melakukan apa yang di minta oleh temannya karena tidak ada pilihan lain. Tidak ada seorangpun yang dapat membantu Nala pada kondisi saat itu, setelah Nala mendapatkan tas nya kembali, Nala bergegas menuju kelas. Sesampainya ditempat duduk nala, kursi duduk Nala telah hilang ntah kemana. Pada saat Nala bertanya dimana kursi Nala, tidak ada satupun yang menjawab. Yang Nala dapatkan hanya cemooh dan kekerasan. 

Pada saat pelajaran berlangsung mau tidak mau Nala duduk di lantai. Saat Nala di tegur oleh wali kelasnya. Nala terdiam dan tidak tahu dimana kursinya. Pada saat guru menanyakan kepada murid nya siapa yang membuang kursi Nala, disitu ada seorang anak lelaki yang menyalahkan bahwa Nala terlambat sekolah, lalu penjaga sekolah datang dan mengembalikan kursi Nala yang di buang oleh anak kelas ke gudang sekolah. 

Lalu keesokan harinya, pada jam istirahat Nala pingsan di kelas dan bergegas oleh satpam di bawa menuju UKS, tak kunjung sembuh, tubuh Nala justru semakin parah, tubuh nya menjadi kaku dan dingin, dan untuk bernafas saja sulit, lalu sekolah tidak punya pilihan lain selain memulangkan nya. Setelah Nala di rawat di rumah dan kondisinya sedikit membaik, Nala kembali ke pondoknya dan mendapatkan respon yang kurang baik, di karenakan Nala saat sakit pergi ke rumahnya bukan ke pondok pesantren. Lalu disitu Nala mendapatkan hukuman. Selesai menuntaskan hukuman nya, di suatu malam di kamar pondok Nala, Nala terkejut mendengar suara kuntilanak di dekat jendela kamar pondoknya, pada hari lalu Nala juga sering mengalami tidur dalam berjalan dari kamar menuju sungai dekat pondok pesantren nya.

Nala merasa sangat stres dan depresi karena perlakuan teman kelasnya dan perlakuan teman pondoknya yang selalu mencari masalah dan menjelekkan namanya di depan semua santriwati. lalu Nala tidak ada pilihan lain untuk memberontak selain minggat dari pondok pesantren nya. Dan pulang ke rumah untuk memberitahu apa yang sudah Nala alami. Bukan perhatian dan didengarkan yang Nala dapatkan dari kedua orang tuanya adalah paksaan untuk lulus dan paksaan untuk bisa bertahan di lingkungan yang menyiksa Nala. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun