Mohon tunggu...
Wildania Firdausi
Wildania Firdausi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Mahasiswi IAIN JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(Guru) Mendidik dengan Hati dan Keteladanan

31 Maret 2020   00:58 Diperbarui: 10 April 2020   20:31 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendidik Dengan Hati Dan keteladanan Rasululloh

Pendidikan dalam bahasa Arab disebut dengan "Tarbiyah" diantara maknanya yaitu kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan 'tidak membosankan. 

Pengertian pendidikan seperti ini sesuai dengan ayat Al-Quran surat Al-Isra' Ayat 21 yg berbunyi "Warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiiraa" dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku 'dengan kasih sayang ketika aku masih kecil.

Berangkat dari pemahaman ayat inilah sebenarnya mendidik dengan hati harus diberlakukan, baik terhadap anak-anak di lingkungan keluarga maupun bagi peserta didik disekolah. Dalam lingkungan sekolah, para guru memiliki peran ganda, berperan sebagai pendidik dan juga berperan sebagai orang tua bagi peserta didiknya.

Pendidikan dilakukan dengan hati lewat ungkapan rasa kasih sayang. Pendidikan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didiknya tidak terbatas oleh ruang dan waktu sebagaimana orang tua mendidik anaknya. guru harus dengan tulus dan ikhlas dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didiknya sepanjang waktu. 

Demikian pula tempat pendidikannya tidak terbatas hanya di ruang kelas, dimanapun seorang guru berada, dia harus sanggup berperan sebagai seorang pendidik yang sejati. fenomena inilah yang kini tengah meredup bahkan nyaris hilang dalam aktivitas pendidikan di tanah air kita sekarang. 

Di saat mulai meredupnya nuansa kasih sayang dalam interaksi antara guru dengan peserta didiknya, telah melahirkan sikap guru yang lebih suka menghukum dari pada tersenyum,lebih suka menghardik dari pada bersikap empatik. Kondisi guru yang seperti ini akan membuat peserta didik menjadi tidak nyaman berada di dekatnya, tidak betah dan tidak semangat dalam belajar serta selalu berkecil hati. Sementara guru yang baik adalah guru yang melandasi interaksinya dengan siswa di atas nilai-nilai cinta dan kasih sayang. Dengan cinta dan kasih sayanglah akan lahir keharmonisan.

Menjadi seorang guru adalah pilihan. Dan setiap pilihan akan memunculkan berbagai resiko yang harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. 

Bagi yang telah dan yang ingin menjadi guru maka harus mampu menanam dan menyemai cinta di hati peserta didiknya. Mendidik dengan hati merupakan suatu keniscayaan dalam pembelajaran. 

Mendidik dengan hati merupakan solusi dalam ranah pendidikan di tanah air kita demi mewujudkan generasi yang baik, bermoral dan berkarakter. 

Mempunyai anak sholeh sholehah, anak yang berkepribadian islami adalah impian setiap orangtua, dengan keteladanan sepanjang masa adalah metode paling efektif. Selain Pendidik, Orang tua juga harus mampu menjadi uswah yang baik buat anaknya, Namun jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah Swt  agar anak-anak kita menjadi sholeh sholehah. Maka dari itu, peran orang tua menjadi demikian penting karena nyaris tidak tergantikan oleh siapa pun. Lebih-lebih kebaikan seseorang itu dimulai dari apa yang paling ditekankan orang tua kala masih belia dan pendidikan agama menjadi tanggung jawab utama yang ada di pundak orang tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun