[caption id="attachment_172865" align="aligncenter" width="565" caption="ilustrasi/admin(tribunnews.com)"][/caption]
Meski jabatannya lebih tinggi, Wapres Boediono mengaku kalah dengan Wagub Jatim Saifullah Yusuf. Apa pasalnya?
Pengakuan itu disampaikan Wapres Boediono saat akan memberikan sambutan dalam acara Temu Wicara antara Wapres dengan para pelaku pembangunan di Kota Blitar pada Selasa (21/02/2012) kemarin.
Sesuai urutan protokoler Setwapres, Wapres Boediono menyampaikan sambutan ketiga. Adapun sambutan pertama dan kedua disampaikan oleh Walikota Blitar Samanhudi dan Wagub Jatim Saifullah Yusuf.
“Baiklah saya akan menyampaikan sambutan. Tapi yang jelas, sambutan saya tidak bisa mengalahkan adik saya Saifullah Yusuf. Kalau ada lomba, pasti pialanya akan saya berikan kepada beliau,” ujar Wapres Boediono santai.
Meski sama-sama terlahir di Jawa Timur, Saifullah Yusuf dan Boediono adalah dua figur yang beda gaya. Saifullah Yusuf atau biasa disapa Gus Ipul selama ini dikenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos, santai, dan suka menebar humor di sela-sela sambutannya. Akan halnya Boediono, selama ini dikenal sebagai ekonom yang terkesan serius, lebih banyak diam, serta kering guyonan.
Perbedaan watak itulah yang menjadikan keduanya memiliki gaya berbeda saat berada di atas podium. Dalam acara Temu Wicara di Blitar kemarin, Saifullah Yusuf berhasil menebar guyonan yang mengundang gelak tawa peserta yang hadir. Sambutan serius yang dibawakan Wagub Jatim ini tak membuatnya terjebak pada kekauan protokoler maupun birokrasi.
Di awal sambutan, Gus Ipul rupanya mempermasalahkan microphone yang terkadang menyala dan mati. Alhasil, Saifullah Yusuf terpaksa berhenti sejenak ketika mic mati. Seloroh pun keluar dari Gus Ipul, “Mohon maaf Pak Wapres, jangan-jangan ini mic musholla yang dipakai. Biasanya mic musholla memang suka begini.”
Gaya Gus Ipul kontan mengundang gelak tawa hadirin. Saat memaparkan data demografi Jawa Timur, Gus Ipul lagi-lagi menyentil saraf ketawa hadirin. Dijelaskannya, saat ini jumlah penduduk di Jawa Timur mencapai 35 juta orang lebih. Dari seluruh provinsi, Jawa Timur berada di urutan kedua setelah Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki penduduk terbanyak. Dari sisi angka kelahiran, kata Saifullah, Jawa Timur menyumbang angka 1.600 bayi lahir tiap hari.
“Jadi, dari 10.000 bayi yang lahir tiap hari di Indonesia, Jawa Timur itu menyumbang kelahiran sebesar 1.600 bayi. Itu baru dari istri pertama. Belum dari istri kedua,” kelakar Saifullah Yusuf.
Mendengar hal itu, hadirin kembali tergelak. Guyonan tingkat tinggi itu disampaikan Saifullah Yusuf dengan santai tanpa mengurangi rasa hormatnya kepada Wapres Boediono beserta sejumlah menteri yang ikut hadir dalam acara tersebut.
Secara personal, Wagub Jatim ini juga menyentil keberhasilan Boediono yang terpilih sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Presiden SBY untuk periode pemerintahan 2009-2014.
“Jadi, kata orang kalau ingin jadi orang terkenal seperti Pak Wapres, minumlah air dari Blitar. Banyak tokoh terkenal lahir dari Blitar. Salah satunya Pak Boediono ini yang menjadi Wapres. Itu berkat minum air dari Blitar,” paparnya.
Gus Ipul lantas mengenang, keberhasilan seseorang meraih suatu kedudukan tidak bisa lepas dari nasib. Karenanya, nasib tidak bisa dipaksakan.
“Dulu pas Kabinet Indonesia Bersatu jilid 1, saya dengan Pak Boediono sama-sama jadi menteri. Setelah tidak menjadi menjadi menteri, Pak Boediono menjadi Wapres dan saya malah turun jadi Wagub. Ya itulah nasib. Padahal, saya itu kepengin sekali jadi Wapres. Eh, malah jadi Wagub,” kelakar Gus Ipul.
Menurut Gus Ipul, dalam perjalanan karirnya, ada seseorang yang karirnya meningkat. Dia mencontohkan tokoh seperti Gamawan Fauzi. “Pak Gamawan itu awalnya jadi Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, dan sekarang jadi Mendagri. Ini kan naik terus. Pak Boediono dari menteri menjadi Wapres. Lha saya, dari menteri turun jadi Wagub, trus nanti bisa-bisa turun lagi jadi lurah,” papar Gus Ipul.
Balutan humor dalam sambutan Saifullah Yusuf tak membuatnya lupa untuk menyelipkan pesan moral. Diakuinya, keberhasilan Boediono terpilih menjadi Wapres karena keikhlasannya. Sebelum mengakhiri sambutan, Saifullah Yusuf tak lupa menyelipkan humor pamungkas untuk mengingatkan orang-orang untuk tidak mudah khilaf ketika menjabat sebagai sosok panutan. Humor kali ini berjudul “Modin Khilaf.” Modin, bagi masyarakat Jawa adalah julukan bagi penghulu agama Islam. Tugasnya beragam, mulai dari mengurus masjid atau musholla, menikahkan orang hingga mengurusi jenazah.
Alkisah, kata Saifullah Yusuf, ada seorang modin yang khilaf. Si modin kebetulan baru saja mengurus pemakaman seorang penduduk desa. Usai pemakaman, ternyata terdengar suara adzan dari dalam kuburan setiap kali waktu shalat tiba. Warga desa setempat mulai curiga dan menduga, jangan-jangan kuburan tersebut kuburan keramat. Saking curiganya, kuburan itu terpaksa dibongkar.
“Setelah dibongkar, ternyata ada handphone milik Pak Modin yang jatuh dan ikut terkubur. Kebetulan HP-nya disetting menyuarakan adzan. Ini membuktikan, modin saja bisa khilaf,” jelas Gus Ipul.
Siang itu, Saifullah Yusuf menjadi bintang podium. Gayanya yang lugas dan ceplas-ceplos berhasil menjadikan suasana kian ger-geran. Saifullah Yusuf adalah secuil pejabat publik yang berani dan bisa menertawakan dirinya sendiri. Konon, hanya orang-orang cerdas yang bisa berlaku demikian. Gus Ipul boleh jadi mewarisi semangat dari almarhum Gus Dur yang tak lain adalah pamannya. Gus Dur adalah satu-satunya presiden yang piawai menebar satir dalam tawa yang pernah dimiliki negeri ini. Ada baiknya, para pejabat negeri ini belajar dari gaya Gus Dur dalam mengurai masalah maupun mengambil keputusan.
Salam tawa dari Blitar Jawa Timur
Wildan Hakim,mantan reporter KBR 68H, peserta program S2 manajemen komunikasi Universitas Indonesia, bekerja sebagai konsultan komunikasi untuk PNPM Mandiri Perkotaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H