Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Belajar dari Ignasius Jonan

30 Oktober 2014   00:46 Diperbarui: 26 Agustus 2015   23:40 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14145793911781366388

[caption id="attachment_350674" align="aligncenter" width="300" caption="Menhub Ignasius Jonan saat masih menjabat Dirut PT. KAI (sumber foto: www.viva.co.id)"][/caption]

Presiden Joko Widodo menjawab dugaan yang beredar di media. Kursi Menteri Perhubungan pada Minggu sore (26/10/2014) dipercayakan kepada Ignasius Jonan. Sebelumnya, Dirut PT. Kereta Api Indonesia (KAI) ini santer disebut-sebut sebagai calon Menhub. Keputusan Jokowi dan JK memilih Jonan sebagai pembantu mereka dinilai tepat.

Di berbagai wawancaranya di media massa, Jonan dibedah. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sisi personalnya. Kiprahnya sebagai profesional di bidang keuangan (finance) tanpa dia sangka justru memberinya kesempatan menukangi bisnis sepur. Padahal, kalau jujur, Jonan bisa saja mendapatkan pendapatan lebih tinggi ketimbang menjadi Dirut PT. KAI.

Dalam wawancaranya di Program One On One di Sindo TV beberapa waktu lalu, Jonan mengakui mengurus bisnis transportasi publik khususnya kereta api merupakan hal baru. Namun tugas itu diterimanya. Baginya, tugas adalah tugas yang harus dilaksanakan. Lantas, mengapa Jonan berkenan menjadi Dirut di PT. KAI?

Pay back

Bagi Jonan, kesediaannya untuk masuk ke KAI tak lepas dari semangat pay back alias membayar kembali. “Masak sepanjang hidup kita bekerja dan mencari sesuatu untuk diri kita sendiri?” ujar Jonan saat diwawancarai Latif Siregar di Sindo TV.

Ada saatnya, kata Jonan, kita membayar kembali apa yang telah diberikan pemerintah atau negara. Konsep pay back inilah yang menyemangatinya untuk berani menanggalkan gaji lebih besar dan menerima gaji lebih kecil saat menjabat sebagai Dirut PT. KAI.

Mengubah anggapan dan kultur

Ignasius Jonan mulai membenahi PT. KAI dengan mengubah cara pandang. Selama ini, ada anggapan di internal karyawan PT. KAI, badan usaha ini hidup dari APBN. Anggapan inilah yang dihapus Jonan.

“Saya sampaikan, PT. KAI itu hidupnya dari pelanggan. Bukan dari APBN lagi. Sebab, PT. KAI adalah badan usaha,” paparnya.

Berangkat dari pemahaman itulah, pelanggan harus mendapatkan service yang baik agar mereka puas. Sebab, para pelanggan inilah yang memberi pendapatan sehingga PT. KAI bisa terus beroperasi. Upaya mengubah acara pandang ini juga dilakukan lewat kewajiban memakai seragam perusahaan. Diakui Jonan, sebagian karyawan PT. KAI kurang bangga dengan seragamnya.

“Para karyawan KAI ini memilih mengenakan jaket pada saat naik kereta. Ada juga yang pas lepas dinas mengganti baju seragamnya sebelum keluar dari stasiun. Mereka merasa kurang nyaman dengan seragamnya,” paparnya.

Kewajiban mengenakan seragam ini berlaku bagi seluruh jajaran PT. KAI. Tak heran, di berbagai kesempatan wawancara di televisi Jonan selalu mengenakan seragam PT. KAI. Mengenakan seragam merupakan sarana untuk membangun rasa bangga karyawan terhadap perusahaan dimana mereka bekerja. Lewat kewajiban ini, akan terbangun kultur atau budaya menghargai institusi kerja.

“Karyawan harus memakai seragamnya dan tidak boleh malu,” tegas Jonan.

Kultur lain yang diubah ialah menghapus seremoni peletakan batu pertama untuk setiap kegiatan pembangunan sarana atau fasilitas yang dikerjakan oleh PT. KAI. Tidak ada seremoni dan publikasi. Seperti saat pembangunan rute rel kereta api dari Banda Udara Kuala Namu ke Medan.

"Tidak perlu upacara peletakan batu pertama. Kalau sudah jadi baru dipublikasikan. Ini yang kita lakukan. Wartawan kaget ketika jalur kereta Kuala Namu ke Medan sudah selesai. Mereka tanya, pak ini membangunnya kapan?" paparnya.

Terlibat urusan teknis

Menjabat posisi puncak di PT. KAI tak lantas menjadikan Jonan hanya duduk di belakang meja atau menyinggahi ruang-ruang rapat berpendingin udara. Disadarinya, tak semua pekerjaan di PT. KAI menyenangkan. Ada beberapa jenis pekerjaan yang mengharuskan seseorang bekerja di luar jam kerja kantoran. Guna memberi contoh baik kepada bawahan, jajaran eksekutif PT. KAI juga dikenai jatah kerja di luar jam normal. Mengapa?

“Kalau Anda tak mau lakukan suatu pekerjaan berarti orang lain juga tak mau melakukan pekerjaan itu,” urai Jonan kalem.

Agar bawahan bersedia melaksanakan pekerjaan yang “kurang menyenangkan” tersebut, para eksekutif puncak KAI juga mendapat tugas jaga Posko Lebaran yang berfungsi selama 24 jam. Jonan mengakui, dirinya harus berada di Posko dari malam hingga pagi hari sesuai dengan jatah shift-nya. Penugasan teknis bagi jajaran eksekutif ini, kata Jonan, ditentukan oleh Direktur Operasional PT. KAI. Dengan cara seperti itu, manajemen di PT. KAI tak sebatas berkutat dengan urusan administratif namun juga memahami pelbagai urusan teknis di PT. KAI.

Berbuat baik

Berbuat itu bisa dimulai dari melakukan hal-hal kecil. Aktivitas keseharian memberi peluang yang besar bagi siapapun untuk berbuat baik. Ini yang juga diajarkan Jonan kepada seluruh jajaran di PT. KAI.

“Saya minta teman-teman di KAI melakukan perbuatan kecil. Misalnya menghabiskan air minum. Kalau kita minum dan tidak habis akan ada air terbuang. Orang lain juga tidak mau meminum sisa air minum kita. Kita membuang air dan orang lain nggak mendapatkan untung,” urainya memberi contoh.

Ajakan berbuat baik itu selanjutnya diikuti dengan ajakan memperbaiki hal-hal yang kecil. Jonan memberikan perhitungan, kalau dalam sehari seseorang bisa berbuat hal baik, maka dalam setahun ada 365 kebaikan yang telah dilakukannya. Selanjutnya, perbuatan baik ini bisa diikuti dengan memperbaiki hal-hal kecil di lingkup pekerjaan yang ditangani. Dalam setahun anggap saja ada 200 perbaikan kecil yang bisa dilakukan oleh masing-masing karyawan PT. KAI.


Dampak

Sebelum menduduki jabatan sebagai Dirut KAI, Jonan berkarir sebagai Direktur Private Equity Citi (1999-2001), Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (2001-2006), dan berlanjut menjabat sebagai Managing Director and Head of Indonesia Investment Banking Citi (2006-2008). Sejak 2009, takdir membawa Jonan sebagai pucuk pimpinan PT. KAI.

Bintang terang Jonan makin terlihat saat fotonya yang tengah tidur pulas di gerbong kereta tersebar di media sosial. Publik mungkin menganggap itu bagian dari pencitraannya. Sebuah anggapan yang boleh-boleh saja. Saat diwawancarai Sindo TV, Jonan menepisnya.

“Dari 60 permintaan wawancara selama enam bulan terakhir, hanya 10 wawancara yang saya sanggupi. Apakah itu pencitraan?” tanyanya balik.

Kehadiran Jonan dengan aneka perubahan yang dibawanya tentu punya dampak. Di luar meningkatnya kinerja PT. KAI, dampak lainnya ialah tak semua karyawan bertahan dengan perubahan yang ditawarkan. Dari total 25 ribuan karyawan PT. KAI, ada sekira 1000-an orang yang memilih mundur.

“Ya, ada dua persenan yang memilih mundur dan itu pilihan,” ujarnya datar.

Diakuinya, dukungan Kementerian Perhubungan terhadap PT. KAI belum terbilang besar. Dengan sentuhan korporasi yang berorientasi pada customer satisfation PT. KAI kini terus berkembang. Setelah Ignatius Jonan dipercaya sebagai Menhub, akankah dia memberikan perhatian lebih kepada BUMN yang telah membesarkan namanya itu? Kita tunggu.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun