Pengertian Kontrak Derivatif
Dalam dunia Keuangan (finance), derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan" (underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.Â
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan (Hanafi, 2004) Instrumen derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang merupakan turunan (derivative asset) dari instrumen utamanya (underlying asset) baik yang bersifat penyertaan maupun hutang. Produk ini relatif sedikit diperdagangkan di Indonesia meski  tidak  sepopuler investasi lainnya, namun sebenarnya merupakan produk yang memiliki potensi besar dan menawarkan prospek bagus untuk investasi masa depan. Instrumen derivatif memiliki beberapa keunggulan, antara lain dalam upaya meminimalkan risiko, yaitu berupa penggunaan instrumen derivatif untuk lindung nilai atau lindung nilai mata uang.
Jenis-Jenis instrumen kontrak derivatif
Para ahli keuangan dan literatur yang relevan terkait instrument derivatif sering memberikan definisi dan penjelasan terperinci tentang jenis-jenis derivatif kontrak, seperti Forward, Futures, Opsi, dan Swap contract.
- Forward Contract
Forward contract ialah kesepakatan antara dua belah pihak untuk melakukan pembelian atau penjualan aset pada tanggal yang ditetapkan di masa yang akan datang dengan harga yang telah disepakati pada saat ini. Ini merupakan kontrak yang bersifat khusus dan dapat disesuaikan sepenuhnya dengan keperluan kedua pihak yang terlibat.
- Future Contract
Kontrak futures merupakan kesepakatan untuk melakukan pembelian atau penjualan suatu aset pada tanggal yang telah ditentukan di masa yang akan datang dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Kontrak futures umumnya dimanfaatkan untuk melindungi diri dari perubahan harga aset dasar, terutama dalam perdagangan komoditas dan mata uang.
- Opsi
Kontrak opsi memberikan pembeli hak, namun tidak kewajiban, untuk membeli (opsi beli) atau menjual (opsi jual) aset yang mendasarinya pada harga yang telah ditetapkan pada atau sebelum tanggal kedaluwarsa. Sebagai contoh, seorang investor yang ingin melindungi portofolionya dari penurunan harga saham dapat membeli opsi jual untuk saham tertentu. Dengan demikian, ia akan memiliki hak untuk menjual saham tersebut pada harga tertentu jika harga pasar turun di bawah harga kesepakatan.
- Swap Contract
Kontrak Swap atau Swap contract adalah perjanjian antara dua belah pihak untuk bertukar arus kas atau pembayaran di masa mendatang. Salah satu contoh yang paling umum dari swap ini adalah swap suku bunga, di mana satu pihak membayar suku bunga tetap dan menerima suku bunga mengambang, sedangkan pihak lainnya melakukan sebaliknya. Jenis-jenis swap lainnya meliputi swap suku bunga (interest rate swap), swap valuta asing (currency swap), dan swap komoditas (commodity swap).
Potensi Risiko Masalah Kontrak Derivatif
Dengan berbagai manfaatnya kontrak derivative pun memiliki beberapa risiko didalamnya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa masalah potensial yang sering terkait dengan kontrak derivatif. Penelitian-penelitian ini menyoroti risiko-risiko yang mungkin muncul dalam penggunaan kontrak derivatif dan betapa pentingnya manajemen risiko yang efektif. Berikut adalah beberapa potensi permasalahan kontrak derivatif menurut penelitian:
- Volatilitas Pasar dan Risiko Pasar: Hull (2018) menekankan pentingnya manajemen risiko pasar dalam konteks kontrak derivatif. Perubahan harga aset dasar dan volatilitas pasar dapat menyebabkan fluktuasi nilai kontrak derivatif yang signifikan, mengakibatkan kerugian bagi pihak yang terlibat.Terbukti dari ketidaksimpulannya beberapa hasil penelitian  berikut Gulen dan Mayhew (2000) menemukan bukti bahwa volatilitas menurun dengan diperkenalkannya indeks berjangka di banyak negara berkembang.Â
- Di sisi lain, Harris (1989) melaporkan peningkatan volatilitas di pasar negara maju seperti Amerika Serikat. Ketidaksimpulan hasil empiris menjadi lebih jelas dengan melihat studi-studi yang meneliti indeks berjangka yang sama mencapai kesimpulan yang berbeda.Â
- Misalnya, dalam kaitannya dengan penelitian mengenai kontrak berjangka FTSE100, Robinson (1994) menemukan adanya penurunan volatilitas seiring dengan adanya indeks berjangka, sementara Antoniou dan Holmes (1995) mengamati adanya peningkatan, namun Board dan Sutcliffe (1993) melaporkan bahwa pengenalan FTSE 100 masa depan tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas pasar saham.
- Risiko Operasional dan Teknologi: Menurut Kolb (2015), kontrak derivatif juga dapat menghadapi risiko operasional, terutama terkait dengan infrastruktur teknologi informasi yang mendukung eksekusi, pelaporan, dan penyelesaian transaksi derivatif. Gangguan dalam operasional ini dapat mengganggu efisiensi dan kehandalan dalam melaksanakan kontrak tersebut.
- Risiko Default dan Kontrol Risiko Kredit: Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Das dan Sundaram (2002), risiko default menjadi salah satu perhatian utama yang terkait dengan kontrak derivatif, terutama pada kontrak yang memiliki tingkat kompleksitas lebih tinggi seperti opsi eksotis dan struktur derivatif yang rumit. Manajemen risiko kredit yang efisien sangatlah krusial untuk mengurangi dampak dari risiko gagal bayar tersebut.
- Risiko Regulasi dan Kepatuhan Hukum: Chance (2003) secara tegas menyoroti betapa pentingnya menjalankan aktivitas penggunaan kontrak derivatif sesuai dengan regulasi dan hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap aturan-aturan ini tidak hanya penting untuk mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, tetapi juga untuk melindungi perusahaan atau lembaga keuangan dari potensi sanksi hukum yang dapat berdampak besar.Â
- Pelanggaran terhadap regulasi dapat menyebabkan denda yang signifikan dan bahkan penghentian kegiatan bisnis dalam kasus-kasus ekstrem. Selain itu, reputasi perusahaan atau lembaga keuangan juga dapat tercoreng akibat pelanggaran hukum, yang dapat berdampak negatif pada kepercayaan pasar dan hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis.Â
- Oleh karena itu, kepatuhan terhadap regulasi dan hukum merupakan aspek krusial dalam pengelolaan risiko dan menjaga keberlanjutan operasional serta reputasi bisnis dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan terus berubah.
- Ketergantungan pada Model dan Data: Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wilmott (2006), kesalahan dalam menggunakan model matematika dan data pasar yang tidak akurat dapat menghasilkan penilaian yang tidak tepat terhadap risiko dan nilai dari kontrak derivatif. Ketergantungan yang berlebihan pada model-model tersebut, serta data pasar yang mendasarinya, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penilaian tersebut.
Dalam menutup artikel mengenai potensi risiko derivatif, penting untuk menyoroti kepada pembaca tentang kompleksitas serta beragamnya risiko yang terkait dengan instrumen keuangan ini. Meskipun derivatif dapat memberikan peluang untuk mengelola risiko dan meraih keuntungan investasi, diperlukan pemahaman yang mendalam dan manajemen yang teliti untuk mengurangi potensi dampak negatifnya. Dengan pasar keuangan yang semakin rumit, menjadi esensial bagi investor dan pelaku pasar untuk terus memperbarui pengetahuan mereka tentang risiko dan strategi manajemen yang relevan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H