Kebanyakan orang tua yg tidak pernah mengenyam pendidikan ataupun orang tua yg sempat mengenyam pendidikan akan tetapi tidak lama,biasanya ia akan hawatir kepada anaknya dengan asumsi yg sekiranya merugikan bagi kehidapan masa depan anaknya.
(1)nak...kamu tidak boleh menikah dengan dia,liat aja dia miskin....dia gk punya apa", kamu mau di kasih makan apa nanti.mending nikah tuh sama pillihan mama papa, dia kaya...., rumahnya besar....punya mobil dll,jadi sudah jlas nanti klok kmu nikah sama dia passsti kmu bakalan bahagia. (2)nak esok pas kmu kuliah ambil jurusan teknik sipil y, kayak jurusan kkmu, sekarang kkmu udah Sukses. Udah berapa uang yg di hasilkan dari gambar yg ia buat nak.Harapan ibuk kmu juga harus bisa kyk kkmu makanya kmu harus ambil jurusan teknik sipil. Padahal bakat anaknya bukan di teknik sipil melainkan di bidang yg lain, tapi ya.... Namanya juga orang tua.
Nah asumsi seperti ini yg sering di lontrkan oleh para orang tua yg tidak pernah mengenyam pendidikan (Awam). Akan tetapi berbeda dengan para orang tua yg berpendidikan yg tau ilmu pengetahuan.dalam hal pendidikan mereka akan memberikan kebebasan kepada anak"nya untuk memilih jalan hidupnya. Seperti Pak Basrowi yg tidak mengharuskan anaknya untuk mengenyam pendidikan pada satu jurusan saja, justru pak Basrowi memberi kebebasan kepada ketiga anaknya untuk memilih jurusan masing".anak perempuanya memilih karir menjadi ahli teknik, sedangkan anak laki-lakinya memilih karir menjadi guru dan satunya lagi ingin menjadi ahli agama. Kenapa demikian karena Pak Basrowi sadar bahwa bukan dia lagi yg akan mejalani hidup untuk anaknya melainkan anaknya sendiri. hal ini karena usia antara orang tua dan anak tidak akan sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H