COVID-19 atau Corona Virus Disease 19 ini merupakan wabah yang paling cepat penularannya diantara wabah pandemi yang lain, itu sebabnya banyak pemerintahan negara di dunia kewalahan dan kebingungan mengatasi dan mencegah wabah yang satu ini. namun yang jelas, badai pasti berlalu, pena telah terangkat dan tinta sudah kering. semua akan berakhir indah pada waktunya.
Menurut data yang diterbitkan oleh Kemenkes RI per tanggal 18 Maret 2020, Suspect atau pasien positif terjangkit virus nCov-2019 ini sudah mencapai angka 227 orang, tentu jika dibandingkan dengan seluruh jumlah warganegara di Indonesia, mungkin hanya 0,0 sekian persen saja. Tapi, walaupun tidak begitu mematikan, tetap saja Virus ini tidak boleh diremehkan, pasalnya, virus ini menjadi lebih berbahaya apabila tidak ada gejala yang terjadi serta yang terjangkiti ialah pasien berumur  diatas 45 Tahun.
Pada pasien Lansia, gejala yang terjadi akan bisa lebih buruk yaitu pneumonia atau paru-paru yang tidak berfungsi secara optimal sehingga akan timbul sesak napas pada pasien positif ini. untuk itu, pengawasan lebih ketat sebenarnya lebih dibutuhkan oleh pasien yang berusia lanjut, baik PDP (Pasien Dalam Pengawasan) atau yang sudah positif sekalipun. karena jika tidak terkontrol maka kemungkinan buruk bisa terjadi yakni kematian. tetapi, tidaklah menjadi sebuah kepanikan, karena nyatanya virus ini dapat Sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan tenaga medis, asalkan kita mau mengikuti kiat-kiat yang disampaikan oleh pemerintah dalam hal ini ialah tenaga medis pemerintah atau Kementrian Kesehatan.
Syukur Alhamdulillah, per tanggal 18 Maret 2020, dilansir dari website kemkes.go.id, pasien yang telah sembuh dari COVID-19 sudah berjumlah 11 orang, tentu ini menjadi kabar baik dan semoga menjadi awalan dari teratasinya wabah COVID-19 di Tanah Air. lalu apa yang menjadi ketakutan penulis setelah wabah ini berakhir dan semua orang dinyatakan sehat?Â
jawabannya, ialah munculnya patologi sosial yang memiliki kemungkinan untuk memunculkan sebuah disintegrasi sosial yang skala maksimumnya bisa mencapai seluruh Indonesia, jadi apa yang dimaksud dengan patologi sosial ?, dikatakan bahwa patologi sosial ialah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma, stabilitas moral, hubungan keluarga, kedisiplinan, gotong royong, hidup rukun bertetangga dll. (Abid Rahman: 2016). apa saja patologi yang akan muncul nantinya ?Â
1. PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder
PTSD kemudian dapat muncul pada orang-orang yang pernah terjangkit  virus ini dan walaupun dinyatakan sembuh 100%, banyak orang nantinya merasa kurang nyaman apabila berada didekat mereka karena takut jika virus itu kembali menyebar atau semakin berkembang. inilah yang kemudian dapat memunculkan penyakit gangguan mental yang disebut sebagai PTSD. semoga saja ini tidak terjadi setelah virus ini benar-benar teratasi.
2. Berkurangnya Produktivitas
Apa hubungan antara COVID-19 dengan berkurangnya Produktivitas? jawabannya, salah satu cara menanggulangi penyebaran nCov-19  ini iallah dengan Social Distancing serta  mengurangi kegiatan diluar rumah. atas dasar inilah kemudian bisa membentuk habits seseorang menjadi malas, karena sudah terbiasa bekerja dirumah yang kemudian pada akhirnya akan menjadi malas jika harus bermacet-macetan, malas untuk pergi ke kantor ontime dan masih banyak lagi, sehingga kemudian produktivitas kita menjadi menurun dan aga sulit mengembalikannya lagi. semoga tidak terjadi kepada kita semua.
3. Interaksi Sosial semakin merenggang
Dengan adanya COVID-19 ini, memungkinkan setiap warga negara, apalagi dalam masa lockdown ini dianjurkan agar tetap dirumah. ini lah yang memungkinkan akan adanya penurunan interaksi sosial manusia secara langsung, karena selain dampak dari upaya penanggulangan COVID-18, penurunan interaksi sosial juga disebabkan karena berkembangnya teknologi secara masif dan tak terkendali, kemudian muncullah statement dimana teknologi itu mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. ditambah dengan  upaya pengendalian virus ini yang bisa dikatakan sebagai faktor utama menurunnya interaksi sosial masyarakat di Indonesia. semoga ini pun tidak terjadi pada kenyataannya.