Mohon tunggu...
muhammad wildan rosyid
muhammad wildan rosyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah seseorang yang mempunyai hobi memancing, yang mencerminkan kesabaran, ketekunan dan kecintaan pada alam. saya memiliki kepribadian yang sabar, tenang ,dan tekun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma istighfar di secangkir kopi

29 November 2024   14:43 Diperbarui: 29 November 2024   14:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

pada suatu pagi hari, di sebuah warung kecil  yang berada di pojok desa Guci, terlihat pak maskur, pemilik warung, sedang menyeduh kopi hitam yang harum aromanya menguar ke udara. Para pelanggan mulai berdatangan. Mereka datang bukan hanya karena kopi yang disajikan Pak maskur terkenal enak, tetapi juga karena suasana hangat yang tercipta di warung kecil itu.

"Pak maskur, kenapa kopi Anda selalu terasa lebih istimewa dibandingkan kopi di tempat lain?" tanya wildan, salah satu pelanggan setia pak Maskur.

Pak Maskur tersenyum. "Ada sesuatu yang istimewa dalam kopi, Dan. Tapi bukan hanya soal rasanya. Pernahkah kau mendengar hadis tentang kopi?"

Wildan merasa kebingungan dan agak sedikit kaget. "Hadis? Tentang kopi? Saya belum pernah dengar."

Pak Maskur mengangguk pelan. "Ada riwayat yang sering dibicarakan para ulama tentang manfaat kopi, walau tidak semuanya bersumber dari hadis yang sahih. Namun, ada satu kisah yang sering dikaitkan: 'Selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untukmu.' Memang, keaslian riwayat ini masih diperdebatkan, tetapi coba renungkan maknanya. Bukankah setiap hal yang baik bisa menjadi pengingat untuk lebih dekat kepada Allah?"

Wildan terdiam. Ia tidak pernah menyangka kopi yang biasa ia minum setiap pagi bisa dikaitkan dengan hal seperti itu. "Jadi, maksudnya kopi bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah?"

Pak Maskur mengangguk. "Benar. Kita sering lupa bahwa setiap aktivitas sehari-hari itu bisa bernilai ibadah, termasuk menikmati secangkir kopi ini. Saat kita meminum kopi dengan rasa syukur, menikmati aromanya sambil mengingat kebesaran Allah, maka setiap tegukannya bisa menjadi dzikir tersendiri."

Pelanggan lain yang mendengar percakapan itu mulai terdiam. Suasana yang biasanya riuh kini berubah hening, seolah mereka semua merenungkan kata-kata Pak Maskur.

"Pak Maskur, apakah Anda percaya malaikat itu benar-benar beristighfar untuk kita hanya karena kita minum kopi?" tanya Erja, pemuda yang baru datang.

Pak Maskur tersenyum bijak. "Yang pasti, Allah menyukai hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya, baik melalui ibadah besar seperti shalat, maupun hal kecil seperti bersyukur saat minum kopi. Malaikat beristighfar untuk kita bukan karena kopi itu sendiri, tetapi karena rasa syukur dan niat baik yang kita sertakan dalam setiap tegukan."

Wildan mengangguk perlahan. "Saya rasa, mulai sekarang, setiap kali minum kopi, saya akan mencoba lebih bersyukur dan berdzikir."

"Benar, Dan. Hidup ini penuh nikmat kecil yang sering kita abaikan. Bahkan aroma kopi pun bisa menjadi pengingat untuk selalu bersyukur," tambah Pak Maskur.

Sejak hari itu, warung Pak Maskur menjadi tempat bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk mengingatkan diri akan pentingnya bersyukur dalam setiap momen kecil. Kopi bukan lagi sekadar minuman, melainkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Aroma kopi yang menguar dari warung Pak Maskur sekarang bukan hanya membawa kehangatan pagi, tetapi juga menyebarkan semangat istighfar dan syukur. Karena siapa tahu, di antara hembusan aroma kopi, ada malaikat yang beristighfar untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun