Mohon tunggu...
Wilda Ismi Azizah
Wilda Ismi Azizah Mohon Tunggu... Lainnya - Agribisnis/ FAPERTA/ UNEJ

Seorang yang ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

KKN BTV III Unej: Kenali Standar Roasting Kopi Bersama Pemilik Agroindustri Kopi Argapura

31 Agustus 2021   17:31 Diperbarui: 31 Agustus 2021   17:47 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangrai kopi atau lebih dikenal dengan proses roasting kopi adalah hal yang paling penting dalam hilirisasi kopi. Agroindustri Kopi Argapura mencoba untuk mencari level yang pas dalam hasil roasting untuk kopi bubuk dengan jenis robusta, lanang , dan untuk campuran kopi rempah. Menurut pemilik Agroindustri Kopi, kegiatan sangrai juga harus didukung dengan kondisi cuaca yang bagus, karena biji kopi harus dijemur sebelum disangrai. Penjemuran bertujuan untuk meningkatkan suhu dari biji kopi dan "renyah" saat disangrai.

Agroindustri Kopi Argapura hanya memiliki 1 mesin sangrai berskala kecil. Mesin tersebut mampu menggoreng 5 kg biji kopi dalam durasi 1 jam. Kami bersama pemilik agroindustri menggoreng 20 kg biji kopi robusta, untuk kopi bubuk lanang, robusta, dan rempah pada hari Rabu (25/08) dalam 4 kali penggorengan. Produksi  biji kopi sangrai pada Agroindustri Kopi Argapura masih belum mampu untuk meningkatkan kuantitasnya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dari mesin yang masih minim. Pemilik Agroindustri Kopi Argapura, Bapak Imam Ghozali (64) berharap dengan meningkatnya pendapatan dari penjualan bubuk kopi dapat digunakan untuk penambahan mesin sangrai baru.

Kegiatan sangrai menggunakan mesin memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari penggunaan mesin sangrai adalah kemudahan bagi pengguna dan mampu menggoreng dalam jumlah besar.  Sedangkan kekurangan dari sangrai pada mesin adalah hasil sangrai yang kurang merata dan sulitnya menentukan suhu yang pas saat proses sangrai. Kesulitan ini juga terjadi pada Agroindustri Kopi Argapura, sehingga hasil kopi sangrai masih belum optimal. Terdapan beberapa hiji kopi dengan warna yang hitam pekat dan beberapa berwarna coklat muda. Pemiliki juga masih harus membandingkan hasil kopi sangrai dengan sampel dari PUSLITKOKA untu menentukan tingkat kecoklatan yang optimal. Hal ini merupakan masalah umum dari beberapa pengusaha roasted coffee, solusinya ya kami ikut pelatihan roasting kopi di PuslitSambung Bapak Imam Ghozali.

Perbedaan tingkat warna atau level roasting biji kopi tentu akan mempengaruhi rasa dan aroma dari kopi bubuk. Oleh sebab itu, pemilik selalu berhati-hati dalam proses sangrai. Ketelitian pemilik juga dilakukan dengan membandingkan sampel dan hasil sangrai, sehingga hal tersebut menjadi kriteria kematangan.  Kami bersama pemilik Agroindustri Kopi Argapura akhirnya menemukan solusi untuk permasalahan tersebut, yakni dengan mengatur penggunaan api sedang dan pemberian tanda pada termometer suhu mesin. Solusi tersebut memberikan kenyamanan pada pemiik juga menghasilkan warna roasting biji kopi yang bagus. Kami juga akan memberikan edukasi mengenai level roasting biji kopi yang baik kepada sasaran dengan tujuan agar sasaran lebih memahami perbedaan level roasting biji kopi yang baik. (Wilda Ismi Azizah/ KKN 36/ Desa Gambirono-Bangsalsari-Jember/ DPL: Dr. Eko Suwargono, M.Hum)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun