Mohon tunggu...
Wila Yurnita
Wila Yurnita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi universitas Jambi prodi administrasi pendidikan

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Faktor Penyebab Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan

19 April 2022   15:37 Diperbarui: 19 April 2022   15:38 1611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan tidak bisa di lepaskan dengan pembangunan karena keberhasilan pembangunan merupakan kontribusi pendidikan yang berkualitas  termasuk di dalamnya kesetaraan gender dalam pendidikan. pendidikan yang rendah pada perempuan sangat berpengaruh terhadap akses sumber-sumber produksi di man mereka lebih banyak  di mana mereka lebih banyak berkontribusi dengan pekerjaan yang rendah dan berupah rendah pula. Serta akibat dari rendahnya pendidikan pada perempuan ini juga mengakibatkan belum mampunya perempuan membuat perubahan dalam pendidikan.

Pada masa sekarang masih banyak perempuan- perempuan yang masih merasakan kesetaraan gender di dalam pendidikan karena banyak faktor .

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka maka semakin terbatas jumlah sekolah yang tersedia

Semakin tinggi tingkat pendidikan di Indonesia maka semakin tinggi biaya pendidikan 

Serta tidak dapat merasakan investasi dalam pendidikan karena anak perempuan menjadi anggota keluarga suami saat menikah 

Nah tentunya dengan adanya ketiga faktor penyebab terjadinya kesetaraan gender dalam pendidikan ini adalah penghambar dalam perkembangan pendidikan ini sendiri, masih banyak perempuan- perempuan yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena ketiga faktor tersebut. Terutama di desa masih sangat banyak anak perempuan yang belum mendapatkan pendidikan yang tinggi, di desa- desa anak perempuan di anggap tidak perlu melanjutkan pendidikan yang tinggi karena orang tua berpikir nanti menikah pekerjaannya hanya menjadi ibu rumah tangga saja. 

Saya berasal dari desa , dan seperti yang saya tahu dan rasakan sendiri bahwa pendidikan bagi perempuan di desa saya itu sangat rendah karena adanya asumsi yang menganggap bahwa perempuan hanya bisa bekerja menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus suami. Di desa saya anak perempuan menempuh pendidikan paing tinggi hanya pada tingkat SMA saja dan itu terjadi hampir di semua anak. Memang ada beberapa anak perempuan yang bisa melanjutkan pendidikan tinggi atau perguruan tinggi namun sangat sedikit. Anak yang berpendidikan yang tinggi pada umumnya adalah anak- anak yang memang dari SMP/SMA itu sudah di sekolahkan di luar daerah. Karena anak- anak yang sudah berpendidikan di luar sekolah berbeda dengan anak- anak yang memang bersekolah di daerah, anak yang bersekolah di kota umumnya lebih memikirkan untuk melanjutkan pendidikannya, sedangkan anak yang bersekolah di desa hanya memikirkan kehidupan selanjutnya dan tidak sedikit dari anak di desa memilih untuk menikah setelah taman sekolah. Dan hal ini pun masih terjadi sampai sekarang masyarakat belum menyadari betapa pentingnya pendidikan pada perempuan.

Pendidikan sangat penting baik itu pendidikan bagi perempuan maupun laki- laki , dengan adanya pendidikan yang luas dan berkualitas menjadi salah satu investasi yang di butuhkan. Perempuan tidak hanya bisa bekerja di rumah saja dengan adanya pendidikan yang setara pada perempuan juga bisa menjadikan perempuan yang memiliki kerja yang layak dan pantas serta juga dapat membantu ekonomi keluarga mereka. Di Indonesia pada umumnya pendidikan sangat di butuhkan dalam mengerjakan apapun oleh karena itu pendidikan sangat di perlukan bagi semua kalangan. Masyarakat di harapkan dapat menyadari hal tersebut untuk membangun perkembangan pendidikan di Indonesia. Terlebih lagi masyarakat yang bertempat tinggal di desa.kesetaraan pendidikan ini memang pada umumnya masih banyak terjadi di desa-desa karena masih banyak dari orang tua yang masih mengikuti budaya lama yang sampai sekarang masih di terapkan pada anak-anak mereka terutama pada anak perempuan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun