Mohon tunggu...
Wilantika Ramadhani
Wilantika Ramadhani Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggiat Literasi

Mahasiswi Ilmu Perpustakaan UIN-Sumatera Utara, Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi Budaya, Melestarikan Arsip Kearsitektur di Indonesia

14 Mei 2018   10:01 Diperbarui: 14 Mei 2018   12:37 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Oleh : Wilantika Ramadhani


Mengenai literasi yang saat ini sering di bicarakan oleh masyarakat luas di indonesia khususnya pada bidang pendidikan, dimana adanya gerakan literasi budaya membaca dan menulis. Literasi bukan hanya mengandung pengertian kemelekan dan keberaksaan saja, namun literasi memiliki arti yang sangat luas. Berbagai macam literasi yang sedang di bicarakan seperti literasi informasi, literasi media, literasi computer, literasi digital, literasi jaringan dan khususnya literasi budaya.

Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa ( Didik Suhardi, dkk , 2017 : 2 ). Mengenal dan melestarikan budaya negara sendiri adalah salah satu bentuk mencintai negara itu sendiri. Sejarah negara Indonesia pada masa penjajahan sampai masa kemerdekaan memiliki banyak peninggalan-peninggalan sejarah yang khususnya dibidang bangunan. Bangunan sejarah baik berupa jembatan, benteng atau bendungan baik yang masih berfungsi maupun yang sudah "selesai masa baktinya ", merupakan hasil karya bernilai tinggi yang bisa dipetik manfaatnya untuk berbagai kepentingan, seperti untuk penelitian, rekonstruksi atau objek wisata ( Multi Siswati , 2014: 4)

Perkembangan literasi budaya di Indonesia khususnya pada bagian arsip kearsitekturan di Indonesia tentunya sangat berpengaruh pada peradaban negara Indonesia dilihat dari segi sejarahnya.  Oleh karena itu untuk lebih mengenal dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah yang dimiliki oleh negara Indonesia, masyarakat harus mampu menanamkan literasi budaya pada dirinya. Literasi budaya yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami sejarah Indonesia dan mengaplikasikan pengetahuan yang dipahaminya dengan bentuk merawat dan melestarikannya tanpa harus merusaknya.

Salah satu arsitektur di Indonesia terdapat di kota Jakarta. Perkembangan Jakarta khususnya dimulai dari zaman kerajaan Hindu dan Budha serta zaman Belanda memilki peninggalan sejarah di bidang bangunan yaitu terdapat di Museum Fatahillah yang dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia.

Museum yang terletak di jalan Taman Fatahillah No.2 Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 m2 ini dulunya merupakan sebuah balai kota yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam. Dan bukan hanya itu saja bangunan yang terdapat di Indonesia, ada bangunan monumental yang mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia adalah Monumen Nasional ( Monas ) di Jakarta, Benteng Fort Ratterdam di Makasar, Benteng Vredenburg di Yogyakarta dan bangunan lainnya.

Dilihat dari keterangan di atas bahwa begitu banyak bangunan sejarah yang di miliki Indonesia dan beberapa tempat dijadikan sebagai objek wisata yang akan menjadi salah satu tindakkan untuk mengenalkan kepada masyarakat. Di Indonesia masih kurang pengetahuan akan pentingnya peninggalan sejarah seperti saat ini telah kita rasakan bahwa kebanyak objek-objek wisata yang memilki nilai sejarah rusak karena berbagai faktor.

Faktor yang menyebabkan kerusakannya ialah faktor bencana alam, fakor perkembangan zaman dan sebagainnya. Faktor bencana alam yang paling rawan dan tak dapat di hindari seperti bencana gempa bumi dapat mengakibatkan runtuhnya bangunan sejarah. Faktor perkembangan zaman ialah faktor yang berpengaruh pada waktu, semakin lamanya bangunan sejarah makan akan semakin rapuh bangunan dan hal ini dapat dijadikan pembaharuan tanpa menghilangkan nilai orisinalitas pada sejarahnya.

Eko Budihardjo mengatakan " Sebuah bangunan kuno yang sudah ada arsipnya, tersimpan rapi dan mudah di akses, akan sangat membantu proses renovasi atau peremajaan kembali suatu bangunan. Sangat membantu arsitek, karena dalam disiplin bidang konservasi, ada penilaian mengenai autentisitas dan orisinalitas." (Multi Siswati , 2014: 7).

Arsip yang merupakan jejak/rekaman dari sebuah peristiwa dapat berguna sebagai guidance of the past ( arsip statis) dan illumination of the future menyinari masa depan ( arsip dinamis ) sebagaimana dinyatakan oleh Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia ( ANRI ), M.Asichin S.H.,M.Hum. Arsip dibutuhkan oleh konservator bangunan bersejarah karena arsip dijadikan pedoman dalam merebuild atau membangun kembali sebuah bangunan sejarah.

Arsip sebagai alat bukti tertunag dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan yang menyebutkan bahwa untuk kepentingan pertanggung jawaban nasional kepada generasi yang akan datang, perlu diselamtkan bahan-bahan bukti yang autentik, terpercaya dan utuh mengenai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegera baik mengenai masa lampau, masa sekarang dan masa akan datang (Ina Mirawati ,2012 : 18).

Peran Sumber Daya Manusia ( SDM ) dalam melestarikan sejarah budaya di Indonesia sangat di perlukan. Pengetahuan dalam bidang arsip kearsitekturan yang sangat di perlukan dalam penanganan perawatan dan pelestarian akan menjadi salah satu sarana dalam menyelamatkan bangunan-bangunan sejarah budaya Indonesia.

Generasi muda yang akan datang dapat melihat bukti sejarah-sejarah masa lampau yang akan memberikan pengetahuan sejarah dan menanamkan rasa cinta akan negara Indonesia sendiri. Oleh karena itu kemampuan seseorang dalam berliterasi budaya sangat di perlukan dalam meningkatkan kecintaannya terhadap negera Indonesia dan memberikan pengaruh terhadap peradaban Indonesia.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun