Mohon tunggu...
Nasrudin Azis
Nasrudin Azis Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya laki-laki yang terlahir menyukai jenis artikel cerpen dan karya-karya fiksi lain sejak kecil.ada satu hal yang paling menyenangkan dengan menulis paling tidak memberikan kesempatan pada diriku untuk mencurahkan apa yang kusentuh, kurasa, kuraba untuk coba aku komunikasikan dengan siapapun.Terlepas salah atau benar. karena bagi saya kebenaran tidak datang dengan sendirinya, kebenaran diawali dengan kekeliruan kecil bahkan kesalahan besar,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyoal Pendidikan

19 Oktober 2012   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:38 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ditengah hiruk pikuk dan carut marut persoalan bangsa, dunia pendidikan bak ikan koi yang terkurung dalam aquarium mewah di sudut ruang berbangsa dan negara yang dipenuhi dengan bunga melati sampai bunga bangkai. Ya, soal dunia pendidikan menjadi topik hangat kang turman yang mangkal di sudut BENHIL, mas tarjo sang ekonom sejati di kaki merapi yang mengais sumber rejeki luapan perut merapi, para petinggi yang makin tinggi harga diri...atau siapapun yang masih mencintai negeri ini.

Ilustrasi ini hanya menggambarkan sejenak bagi kita dengan cita rasa ke-Indonesian. Ya, menjadi menarik dengan bangga para pemuda berkumpul untuk menyamakan tekad BAHASAKU YA BAHASA INDONESIA, BANGSAKU YA BANGSA INDONESIA DAN JANGAN LUPA TANAH AIRKU JUGA TANAH AIR INDONESIA. Hanya terkadang kita dibuat getir dengan seluruh pelangi indonesia dari setiap waktu, pendidikan yang gagal memberikan nuasa karakter bangsa, agama yang menjadi tameng industrialisasi ekonomi, politik menjadi sarang empuk memperkuat diri jadi kapital, pertanian yang terseok berubah arah. Inilah negeri atlantisku- dalam 67 tahun merdeka.

Kalau bukan sebuah kegagalan sebagai contoh dunia pendidikan; dapat kita katakan keterpurukan. pertama; UU Sisdiknas menjadi gagap ketika bertarung dengan industrialisasi pendidikan, pendidikan tidak lagi mampu untuk memperlihatkan tajinya sebagai perekat, tak cukup kuat menjawab membangun karakter bangsa. Peristiwa tawuran  antar pelajar, seks bebas di kalangan pelajar yang menyedihkan lagi tawuran antara mahasiswa. Dus,..kalau sudah seperti ini bukan lagi reformasi pendidikan yang harus di tawarkan tetapi REVOLUSI SOSIAL menjadi sesuatu yang tak terbantahkan akan terus menggelinding. Pemerintah sebagai salah satu bagian penting penentu kebijakan haruslah mampu menjawab suasana krusial ditengah makin tingginya biaya pendidikan di negeri ini. Kedua; Kesalahan terbesar paradigma pendidikan indonesia adalah memunculkan arah pendidikan yang tak simultan dengan budaya bangsa. pencapaian pendidikan yang serba menghafal tak menyentuh substansi pendidikan.Oleh karenanya tak heranlah jika dunia pendidikan kita hanya mampu melahirkan anak terampil menghitung, cakap dalam tehnologi gagap dalam penerapan tehnologi sosial. Budaya begitu cepat mengalami pergeseran nilai aji tokoh dalam Sequel Aku Cinta Indonesia menjadi tak membumi karena maaf yang dikenal justeru sang Septian Dwi Cahyo, Si Doel yang berkarakter mampu membumi, tetapi lagi-lagi gagal mentransformasikan budaya adiluhungnya karena tak cukup peran pemerintah ikut mengkampanyekan sebagai salah satu ikon pendidikan karakter kita. Ketiga, terjadinya pergeseran nilai pendidikan menjadi indutrialisasi  pendidikan, dalam hal ini bukan merupakan kesalahan pelaku pasar pendidikan, tetapi lagi-lagi gagalnya pemerintah dalam mengawal konsep link and match, sehingga tafsir yang muncul dimasukkan dalam pendidikan formal  contoh konsep SMK Bisa jika tak terkawal dengan benar-pun akan menjadikan saling tumpang tindihnya aspek capaian maupun kewenangannya, karena pendidikan hanya akan melahirkan generasi pendidikan yang siap didik bukan siap pakai. Hal ini diperparah lagi munculnya spektrum pendidikan tingkat SMK yang tidak didukung dengan kebijakan khusus dalam hal ini dunia kerja. SMK melahirkan tenaga terampil tingkat menengah tak mendapatkan peran yang cukup dalam dunia kerja yang masih memperhatikan aspek legalitas formal. Disisi lain lain Kementerian Pendidikan sebagai pemegang otoritas pendidikan di indonesia melalui sub dit Pendidikan Non Formal telah meluncurkan program pendidikan Life Skill, sebuah ironi dalam satu kapal ada dua nahkoda dan kemudi yang tak sejalan arahnya.

Menurut Ariel Heryanto, Negara indonesia menjadi salah satu negara yang tidak efektif untuk mengkampanyekan dirinya kepada dunia. Mengapa? ya tentu salah satu faktor terpentingngya adalah budaya kajian tematik akademis yang tak mampu untuk ditransfer. Lebih tegas lagi Elson sang Indonesianis menyatakan banyak warga negara indonesia yang tak menyadari kekayaan bangsanya atau lebih sederhana bangsa ini menjadi rapu kemerdekaan teritorialnya. Jadi tak heran bagi kita jika tetangga yang satu rumpun-pun mencoba menganeksasi budaya bangsa ini.

Apa Kabar pendidikan Indonesia,..mau dibawa kemana generasi kita. Kami Pemuda - Pemudi Indonesia berbangsa satu Bangsa berkemakmuran, berbahasa satu bahasa keadilan dan bertanah air satu tanah air tanpa penindasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun