Mohon tunggu...
Wila Bunga
Wila Bunga Mohon Tunggu... Guru - Berprofesi sebagai pendidik terpanggil memajukan bangsa dari remote area

Guru SMP Negeri 2 Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tulus?

11 April 2016   18:35 Diperbarui: 11 April 2016   19:19 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Waingapu,Pph.  Untung dan rugi menjadi sejenis prasyarat dalam  menjalani hidup kekinian. Era kompetisi penuh persaingan hanya untuk dapat bertahan hidup. Terserah.... hari ini, saya belajar dan merasa  bersyukur dapat mengalami beberapa peristiwa yang ingin disampaikan sekadar mengiktiar  hidup  bernilai  bagi diri dalam  relasi. Berlangsung sejak meningggalkan peraduan menuju sekolah, mengais kehidupan hingga 103 km kembali,  menghabiskan tak kurang 15 jam perjalanan.

Sebelum Ke sekolah

[caption caption="a"][/caption]Indri, seorang anak piara dalam rumah, bangun sedikit lebih kepagian. Disebut anak piara karena sejak kecil ditinggalkan ibunya dan dipelihara sebagai anak kandung, juga oleh karena ayah berniat tidak  bertanggung jawab, lalu pergi meninggalkannya. Kini berusia 10 tahun harus  bangun mengambil kayu bakar untuk mendidihkan air, menanak nasi sebagai persiapan buat keluarga sebelum berangkat sekolah. Kerap batuk  ketika akan meniup api dalam tungku dan ketika ditanya makan apa sore kemarin, 

ternyata didapati sisa-sisa makanannya berupa buah jambu mete yang belum benar-benar matang dan sudah sering terjadi jika sedang musim buah jambu mete dan makan buah yang belum matang akan mengakibatkan gatal di sekitar tenggorokan. Karena sering batuk, saya mengambil VCO/Virgin Coconut Oil, minyak kelapa hasil sulingan, memintanya akan minum barang 3 sendok makan.  Mungkin karena terdapat unsur santan ternyata batuknya berkurang. Merasa diperhatikan, anak piara ini merasa senang.

Di sekolah

Tiba di sekolah, rekan-rekan guru melaporkan telah terkumpul dari komunitas sekolah sejumlah sumbangan sukarela  yang akan dibawa sebentar jika bapak berkenan kita melayat ke rumah duka, ayah mertua dari seorang rekan guru. Usai kegiatan belajar mengajar,  bersama rekan guru dan anak-anak kamipun berangkat. “Terima kasih pak guru, terima kasih pak guru” berulang dengan tulus disampaikan keluarga duka. Sekali lagi “trimakasih aya ngguru”. Dan kami merasa terharu sebab apalah yang kami berikan.... seadanya dalam kerelaan.

Pulang Rumah

Singgah ngopi di rumah paman sedang bersuka, baru menyelesaikan pembangunan suatu proyek, sambil bercerita perihal tetangga sebelah yang anaknya diminta bantuan karena memiliki kemampuan dalam pertukangan meski akhirnya tidak mau ikut menerima borongan, sedang pagi tadi datang meminta bantuan beras karena ibunya sejak kemarin hanya makan seadanya berupa pisang bakar, Sesungguhnya saat ini sedang memasuki musim lapar dan kemarau berkepanjangan. Paman bercerita, “saat ini saya sedikit lega karena ponaan saya, Maju’u sudah mau tinggal di rumah dan membantu ibunya yang sudah tua dan menjanda, jika tidak, saya harus menopang 3  rumah tangga”. 

Sedang kepada ibu yang menjanda ini saya pernah menjanjikan atas harapannya berupa ubi kering oleh cerita ubi yang sering digunakan sebagai pakan ternak babi dalam jumlah yang banyak, namun sampai dengan saat ini belum terpenuhi. Saya terhenyak dan merenung oleh janji itu yang ketika tiba di rumah sambil bercerita pada anak-anak dan ibu, terasa karena tidak peka apalagi terhadap seorang janda yang berharap tiada untung.

Sedang pagi ini kepada rekan guru honorer, ibu membagikan 3 unit cangkir baru  masing-masing sebagai surprise ulang tahun , cangkir  baru berisi white coofee hangat, melayani dengan siulan bernada “Selamat beruntung bisa menemui Hari Ulang Tahun”.............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun