Mohon tunggu...
Wila Bunga
Wila Bunga Mohon Tunggu... Guru - Berprofesi sebagai pendidik terpanggil memajukan bangsa dari remote area

Guru SMP Negeri 2 Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi NTT

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Cecak

3 November 2014   03:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Waingapu, Sejak Beberapa  minggu terakhir sedang digelar pacuan kuda. Mengambil tempat di lapangan Rihi Eti – PraiLiu Sumba, tepat berada di jantung kota, memungkinkan penonton berjubel datang menikmati hiburan. Terdapat lebih dari 700 ekor kuda diikutsertakan pada lomba kali ini, ada yang datang tidak hanya dari daerah sedaratan Sumba- 3 kabupaten lainnya, namun dari pulau seberang semisal dari Daratan Timor, Flores dan Sabu turut meramaikan perhelatan kali ini. Direncanakan  penyelenggaraan lomba berlangsung lebih dari 3 minggu, memberi efek keberuntungan bagi pedagang minuman, nasi bungkus,  bakso dan tidak luput taruhan bagi yang memiliki hobby.

Lebih jauh........

Ketika  5 ekor kuda berlari dengan kencangnya, terdapat seorang mahasiswi, biasa di panggil Rambu,  berada  di balkon stadion. Segera bangkit dari tempatnya duduk, Rambu berdiri agar dapat menyaksikan dengan sedikit  lebih nyaman, melayangkan pandangan sambil berteriak, ‘ayo, ayoo, aaayoooo..... Ringgoooo,” karena memang kuda kesukaannya sedang memimpim di depan kuda lainnya. Semua mata tertuju pada ‘Ringgo’ berlari ditunggangi seorang bocah berumur tidak lebih dari 8 tahun.

Riuh redam suara penonton  mengemuruh, berteriak sambil  bertepuk tangan, berlari mendekati kuda yang sedang melejit, di saat yang sama kelesuan terbersit dari beberapa penonton lain yang kuda jagoannya tertinggal  menjelang garis finis.

Berlangkah tanpa sadar,  Rambu  sudah berada di posisi paling depan di antara para penonton yang berada di bawah balkon stadion.

Tiba – tiba ....”plaaak”.... seekor cicak jatuh tergeletak tepat di depan Rambu.

Rasa ingin tahu sebagai seorang mahasiswi memicunya melakukan  penelitian. Dicarikan dokter hewan untuk menemukan jawaban atas jatuhnya seekor cicak ketika kuda sedang berlari namun begitu sulit untuk segera menemukan kesimpulan dari sejumlah hipotesa yang ada.

Sebab Rambu memiliki relasi antar peneliti, dan untuk melakukan kajian mendalam didatangkan pula para ahli dari sejumlah perguruan tinggi lainnya, banyak spekulasi bermunculan tidak atas analisis fakta lapangan kecuali teori baru yang dimunculkan....dan jawaban yang diharapkan semakin kabur.

Beberapa saat sebelum bubar seorang wartawan menghampiri Rambu dengan membawa hasil rekaman cctv yang sempat di pasang sebelum perlombaan dimulai dan secara perlahan memutar rekaman tersebut dan jawabannya di peroleh.....sederhana....dalam tayangan replay ternyata seekor cicak jatuh dari balkon tepat di depan Rambu adalah karena cicak tersebut larut dalam bertepuk tangan..... di putarnya berulang-ulang rekaman tersebut seakan tidak percaya namun benar cicak itu bertepuk tangan dan itu fakta......

REFLEKSI : TERKADANG KITA SUKA MENGELU BANGGA PADA  SESEORANG YANG TERUS MAJU MELEJIT KARENA KERJA KERAS SEDANG KITA LUPA DIRI SEDANG TERKAPAR & TERTINGGAL...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun