Mohon tunggu...
Wiku Suryomurti
Wiku Suryomurti Mohon Tunggu... -

penulis, perencana keuangan, pengamat dan praktisi keuangan syariah. http://www.wikusuryomurti.com http://photo.wikusuryomurti.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Redenominasi: Apa, Mengapa dan Bagaimana

12 Oktober 2010   08:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstraksi Wacana redenominasi yang digulirkan oleh Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menimbulkan reaksi bermacam-macam di kalangan masyarakat. Baik oleh praktisi keuangan, pengamat ekonomi, pejabat pemerintahan  hingga masyarakat umum. Paper ini mencoba menggali teori tentang redenominasi, apa, mengapa dan bagaimana serta kira-kira dampak apa yang muncul secara ekonomi terhadap Indonesia. Analisis juga mencakup perbandingan dengan negara-negara yang telah melakukan redenominasi dan prospek serta langkah yang dapat dilakukan oleh Indonesia. Hasil komparatif analisis menyimpulkan bahwa redenominasi dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek yang akan timbul dan memerlukan persiapan yang matang. Redenominasi mempunyai sejarah panjang, dimulai sejak abad 19, ketika pemerintah menghadapi kekurangan emas atau perak, sehingga terkadang mereka melakukan penyesuaian nilai pada koin mereka atau istilahnya recoinage (Helleiner, 2003). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis kasus-kasus redenominasi yang diterapkan oleh Negara-negara. Sebagian diantaranya meneliti sebab mengapa redenominasi dilakukan. Seperti oleh Ioana (tanpa tahun) yang menganalisis redenominasi di Rumania. Oluba (2008) dan Dogarawa (2007) yang menganalisis mata uang Nigeria dan peluang melakukan redenominasi. Calomiris (2008) meneliti ekonomi Argentina dengan memfokuskan pada kebijakan devaluasi yang diambil pemerintah Argentina serta redenominasi mata uangnya yaitu Peso. Lalu Tarhan (2006) membahas mengenai redenominasi di Turki. Sementara Mosley (2005) membandingkan kondisi negara-negara yang mempunyai kesamaan tingkat inflasi dan mata uangnya, mengapa sebagian melakukan redenominasi, namun sebagian yang lain tidak. Selengkapnya dapat diunduh disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun