Awal tahun 2023 saya awali dengan mengembangkan konsep penelitian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa meneliti merupakan salah satu unsur dari Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi seorang dosen. Jika salah satu unsur tak terpenuhi, rasanya kita perlu evaluasi diri.
Augmented Reality (AR) menjadi ide pokok pada penelitian ini. Saya mengonsep sebuah pengembangan AR yang diharapkan mampu memfasilitasi pembelajaran bagi siswa MI/SD. Cukup sulit tapi bisa dijalani dengan berbagai macam pola kolaborasi.Â
Kolaborasi pertama yang saya lakukan adalah dengan cara merekrut 2 asisten peneliti dari mahasiswa. Kedua mahasiswa tersebut bertugas untuk membantu pengembangan produk dari proyek penelitian ini. Selain itu, mereka juga akan mengerjakan sub-proyek yang dapat dimanfaatkan untuk penyelesaian laporan skripsinya. Saya sengaja menyamakan tema skripsi dengan penelitian ini agar mereka tidak bekerja dua kali. Kalau kata orang jawa "BEN ORA MINDO GAWE."
Cukup seru berkolaborasi dengan 2 asisten peneliti yang memiliki karakter berbeda. Iin, si paling emosian dan Thalia, si paling panic attack. Keduanya memiliki semangat yang sama dalam mengerjakan proyek ini. Namun tidak jarang saya menemui perdebatan diantara mereka. Saling bully adalah hal yang biasa bagi keduanya. Tidak ada kata baper saat di bully. Dengan sebuah grup WhatsApp saya sering mengajak mereka berdiskusi tentang progres pengembangan produk. Namun tak jarang pula pembahasan melebar ke berbagai macam tema diluar penelitian, mulai dari keluarga, pendidikan, hingga asmara. Saya sering menyebut mereka asisten peneliti yang meresahkan.
Keseruan membimbing mahasiswa yang terlibat dalam proyek ini membuat saya belajar lebih jauh. Bahwa kadangkala dosen tidak harus menjadi sok tua atau minta dituakan. Menjadi dosen yang memposisiskan diri sebagai teman diskusi, dengan gaya bicara millenial, dan tetap fokus pada tujuan utama membuat proyek penelitian berjalan semakin mudah. Komunikasi menjadi lebih gampang dan tentunya target bisa tercapai secara bertahap.
Tak jarang, beberapa teman dari asisten peneliti yang meresahkan ini merasa iri dengan kesempatan yang mereka dapat. Banyak yang ingin terlibat dalam proyek penelitian dosen, tapi minim dalam usaha. Mungkin itu menjadi catatan penting yang dapat diperhatikan oleh mahasiswa. Pada dasarnya tidak ada dosen yang pelit ilmu, tinggal bagaimana cara mahasiswa menunjukkan performa positifnya agar kelak mendapat kesempatan berkolaborasi bersama dosen yang diinginkan.
Belakangan ini sering kita dengar 21st Century Skill (Kemampuan Abad 21). Kadang pula disebut kemampuan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, dan Creativity). Empat kemampuan tersebut saya rasa sangat relevan untuk dijadikan sebagai pedoman dasar bagi mahasiswa dalam mengembangkan diri. Betapa ruginya mahasiswa jika hanya datang ke kampus untuk mengikuti pembelajaran di dalam/luar kelas, kemudian pulang dan rebahan saja.
Komunikasi saya jadikan sebagai bagian awal dari kemampuan 4C. Asumsinya, tidak akan ada kolaborasi tanpa adanya komunikasi. Sedangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitas akan mengikuti sejauh mana perkembangan kemampuan komunikasi dan kolaborasi kita. Semakin banyak pengalaman tentu akan semakin baik.
Lalu pertanyaannya, selain aktif mengikuti organisasi, hal apa yang dapat dilakukan seorang mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dan kolaborasinya? Jawaban sederhana, cobalah untuk selalu aktif berpendapat di dalam kelas (baik memberikan pertanyaan maupun pernyataan). Jangan takut salah, selagi yang disampaikan masih relevan dengan topik perkuliahan yang sedang dibahas.Â
Jika ada tugas, coba kerjakan secara berkelompok. Jangan ada lagi mindset untuk menjadi individu yang terbaik diantara yang baik-baik. Ujung-ujungnya kalian hanya akan terjebak pada ego pribadi yang nantinya akan berdampak negatif. Kolaborasi mampu menciptakan kesuksesan bersama yang berujung pada kebahagiaan bersama pula. Sedangkan cara kerja individualistik hanya mampu membawa diri pada kesenangan sesaat, jika ada kegagalan pastinya akan menjadi beban pikiran yang berlarut.Â
Ketika kemampuan 4C mampu dikembangkan secara maksimal oleh mahasiswa, tentu akan ada dosen yang berkenan memberikan kesempatan untuk berkolaborasi dalam sebuah penelitian. Jika sampai akhir perkuliahan masih juga belum ada ajakan, itu bukan masalah. Siapa tau akan terjadi kolaborasi profesional di masa yang akan datang. Tetap semangat :)Â