Mohon tunggu...
Wike Aprianti
Wike Aprianti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Semester 7 Universitas Darunnajah

menggunakan waktu luang untuk membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Allah Itu Baik

14 November 2024   18:01 Diperbarui: 14 November 2024   18:10 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humaira duduk di tepi jendela kamarnya, matanya menatap keluar ke langit senja yang semakin merona. Dalam hati, ia berbisik, "Allah itu baik." Kalimat itu sudah sering terucap dari bibirnya, tetapi hari ini, kata-kata itu terasa lebih dalam. Seperti sebuah kenyataan yang baru saja ia pahami sepenuhnya.

Seminggu yang lalu, hidupnya berada dalam titik terendah. Ayahnya baru saja kehilangan pekerjaan, dan ibunya mulai merasa cemas dengan masa depan mereka. Sementara itu, Humaira, yang baru saja menyelesaikan ujian akhir sekolah, belum tahu apa yang akan ia lakukan ke depannya. Ia ingin melanjutkan kuliah, tetapi beban finansial yang semakin berat membuatnya ragu.

Suatu malam, setelah berbincang panjang lebar dengan ibunya tentang masa depan, ia merasa seperti dunia di sekelilingnya runtuh. Ia menangis, merasa seolah-olah harapan-harapan itu semakin jauh dan tak terjangkau. Di tengah kesedihan itu, Humaira teringat pada satu hal yang selalu membuat hatinya tenang: doa.

Dengan mata yang masih basah, ia merapatkan kedua tangannya, berdoa kepada Allah. "Ya Allah, aku merasa kehilangan arah. Aku takut, aku bingung, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi aku percaya, Engkau selalu ada untukku. Tolong tunjukkan jalan yang terbaik."

Setelah itu, ia tidur dengan perasaan yang campur aduk. Namun, pagi berikutnya, ada hal yang tak terduga. Ibunya datang ke kamar dengan wajah yang penuh harapan. "Humaira, ada kabar baik! Aku baru saja mendapat telepon dari teman lama Mama, yang ternyata bekerja di sebuah lembaga pendidikan. Mereka sedang membuka beasiswa untuk anak-anak yang membutuhkan. Mama sudah mengirimkan aplikasi untukmu."

Humaira terkejut. Ia merasa seperti ada secercah cahaya yang menerangi jalan gelapnya. "Benarkah, Ma? Aku bisa mendapatkan beasiswa itu?"

Ibunya mengangguk. "InshAllah, ini adalah jalan yang Allah tunjukkan untukmu."

Selama beberapa hari setelahnya, Humaira merasakan ketenangan yang luar biasa. Meskipun belum ada jawaban pasti, hatinya yakin bahwa Allah sedang mengatur segala sesuatunya dengan indah. Ia terus berdoa, bersabar, dan berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap langkahnya.

Akhirnya, seminggu kemudian, ia menerima kabar bahwa ia diterima di program beasiswa tersebut. Dalam hati, ia tak bisa menahan rasa syukur yang mendalam. Allah benar-benar baik. Ketika segala harapan terasa terkubur, Allah mengirimkan bantuan yang tak terduga.

Humaira pun melanjutkan kuliah dengan penuh semangat. Ia belajar dengan tekun dan selalu mengingat betapa besar kasih sayang Allah. Ia tahu bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, tetapi setiap cobaan adalah cara Allah menguji kesabaran dan keteguhan hati.

"Allah itu baik," kata Humaira lagi, kali ini dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. Ia tahu, selama ia berserah kepada-Nya, Allah akan selalu menunjukkan jalan yang terbaik, meskipun kadang jalan itu harus ditempuh dengan kesabaran dan keikhlasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun