Mohon tunggu...
Wikan Sunindyo
Wikan Sunindyo Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Wikan Danar Sunindyo, seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Takut

10 April 2021   12:08 Diperbarui: 10 April 2021   12:15 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada orang yang berkata, kalau merasa takut atau ragu, jangan lakukan. Sekilas, nasihat ini tampak benar. Pada kenyataannya, banyak ketakutan kita yang tidak berdasar. Dan jika kita mendasarkan diri dan perbuatan kita hanya pada rasa takut kita, jangan-jangan kita tidak akan pernah berani melakukan apa-apa.

Rasa takut, sebenarnya adalah suatu sinyal yang dikirimkan oleh tubuh, manakala menghadapi sesuatu yang baru, yang asing, tidak dikenal, atau tidak dimengerti. Tubuh akan mengirimkan sinyal-sinyal ketidaknyamanan jika ada sesuatu yang asing dan melawan kebiasaan kita, hal itu yang dinamakan dengan rasa takut.

Di masa lalu, rasa takut ini bersifat instinktif dan bermanfaat dalam rangka menghindarkan diri dari bahaya atau hewan-hewan buas. Di masa sekarang, ukuran ketakutan menjadi tidak jelas dan tidak mudah teridentifikasi. Orang bahkan lebih memilih mati saja daripada berbicara di depan umum, karena ia takut untuk bicara di depan umum. Beberapa rasa takut yang tampak tidak rasional disebut phobia yang berarti ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu bahkan hal-hal yang tampak sepele sekalipun.

Bagaimana mengatasi rasa takut itu? Ini yang tidak mudah dan berbeda untuk tiap orang. Secara logis, kita perlu untuk melihat apa yang membuat diri kita takut, membongkar mitos ketakutan itu, kemudian melakukan hal yang berkebalikan untuk melawan rasa takut.

Seorang pemberani, pada hakikatnya bukanlah seorang yang sama sekali tidak punya rasa takut. Ia hanya berusaha untuk menaklukkan setiap ketakutan yang datang kepadanya.

Kalau takut kepada manusia, ketahuilah bahwa sebenarnya ia juga manusia biasa, seberkuasa apapun. Tidak perlu takut, karena ia juga manusia, punya kelebihan dan kekurangan. Kalau kita hanya takut kepada Yang Maha Kuasa, maka sebenarnya tidak ada lagi yang perlu kita takutkan lagi. Kita hanya perlu untuk mengatur emosi secara wajar, dan mengarahkan logika kita untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Terbebaskan dari ketakutan yang tidak wajar dan tidak perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun