Tujuan awal datang ke dokter adalah untuk minta surat keterangan sehat. Semua prosedur tentu saja saya jalani, saya percaya profesionalitas mereka. Saat ditensi saya terkejut karena tekanan darah saya 130/100 wow itu kan prahipertensi atau malah sudah hipertensi tahap 1. atas dasar data tersebut dokter tidak mau memberikan surat keterangan sehat tersebut.
Saya tentu tidak percaya. “Dok InsyaAllah saya sehat, makan yang asin-asin dan MSG saya jaranga, komsumsi buah saya teratur. Olahraga paling tidak saya sempatkan minimal 20 menit seminggu. Bahkan gejala hipertensi seperti pusing, mual dan drowsy tidak pernah saya alami”. Tapi sepertinya dokter sudah memeberikan vonisnya. Saya sendiri mengerti jika dia tidak mau memberikan surat itu karena angka 130/100 itu memang membahayakan sekali untuk ukuran umur saya. Kalau mau lebay mungkin saya akan mati muda jika tidak mengubah gaya hidup atau minum obat.
Pikiran saya tentunya tidak tenang saya berusaha cari second opinion, lagipula dokter kan manusia apalagi bisa saja alat pengukurnya rusak atau tidak terkalibrasi. Lalu tidak lama saya pergi ke klinik lain dan saat diperiksa ternyata tekanan darah saya cuma 120/70 alhamdulillah normal.
Hal ini tentunya cuma kejadian kecil. Namun saya menjadi mengerti betul akan second opinion. Terlebih jika anda pendapat dokter tersebut diragukan anda harus mendapatkan atau mencari second opinion. Bukankah yang mengerti keseharian dan tubuh anda adalah anda sendiri. Hari ini tentu sangat emosional sekali bagi saya untungnya tidak didiagnosis penyakit aneh-aneh. hari ini menjadi pelajaran untuk saya,salah satu konsumen layanan kesehatan di Indonesia.
Maju terus kedokteran indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H