Mohon tunggu...
Wiji Raharjo
Wiji Raharjo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lulusan Diploma III Akuntansi yang tersesat sebagai PNS di Biro Hukum salah satu kementerian yang menangani uang, mantan mahasiswa Geografi UGM Angkatan 2007 yang di-DO, penikmat bola, pecinta game dan konsol, bibliomaniak akut, hamba Allah yang tengah munyuci dosa dan seorang musafir pengembara di jalan sastra. Tapak jejaknya bisa ditengok di http://esjerukmanisanget.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seekor Katak di Hatiku

9 September 2013   11:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Embun pagi baru saja menetes dari pohon jambu di depan kamarku
Sisa hujan tadi malam
Saat kutenggelam dalam banjir syair
Dalam syahdu doa
Dalam lontar mantra
Dan aku melihat isyarat langit
Bahwa aku akan mencintaimu mulai malam tadi
Bahwa aku akan mengikuti jejakmu
Setiap langkahmu

Tidakkah kau lihat
Di hatiku ada katak yang sedang melompat-lompat
Berharap kau menjawab salamnya
Senyumnya
Berharap kau mau percaya
Kalau dia ada
Benar benar ada
Sayang engkau tak pernah percaya

Katak itu mulai lelah
Dia tak lagi melompat lompat
Hanya diam menatapmu
Hanya diam mengharapmu
Selagi dia dapat hidup dengan mencintaimu
Selagi dia dapat hidup dengan apa yang ada padamu

Aku tak tahu sampai kapan katak ini akan ada di hatiku
Tapi dia tak pernah mau pergi
Katanya mencintai bukanlah memiliki
Memiliki tak mesti mencintai
Dia berkata
Bahwa pecinta sejati adalah
Mencintai seseorang dengan sepenuh hati
Tanpa mengharapkan sedikitpun mendapat balasan
Bahkan tak pernah berharap engkau mencintainya
Hanya meminta izin memimpikanmu di tidur lelahnya
Hanya ingin menyebutmu dalam igaunya

Seandainya engkau tahu
Bahwa belum terlambat untuk menjenguknya
Katak itu tengah sakit sakitan
Bukan karena memikirkanmu yang tak pernah berpaling
Tapi karena dia tak makan
Mau makan apa dia di hatiku?
Dia tak akan tega memakan hatiku
Tidak sebagaimana orang lain melakukannya berkali kali padaku
Oya, katak itu mungkin tengah menulis surat terakhirnya yang ingin dia sampaikan
Karena hidup manusia tak pernah abadi
Apalagi untuk seekor katak di hati manusia
Dia sadar itu
Dia tahu suatu saat dia akan mati
Dan engkau akan di bumi
Mencintai
Dan dicintai orang (atau katak lain, mungkin)
Katak itu berpesan
"Siapapun engkau yang pernah mengganggu tidurku dengan bayangmu yang tak pernah lepas
Siapapun engkau yang pernah kubayangkan di awang awang langit kamarku yang tak pernah hilang
Siapapun engkau yang pernah kulukiskan di rintik hujan di sore syahdu yang tak mungkin kusentuh
Siapapun engkau yang pernah kuharapkan dapat bersama menghias cakrawala yang mungkin tak dapat kulakukan
Siapapun engkau
Aku mencintaimu
Lebih dari yang engkau tahu"

Katak kecil di sudut hati manusia

NB: Sedetik kemudian tetesan di pohon jambu sampai ke bumi
Di bumi tempat katak pernah mengumbar cintanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun