Mohon tunggu...
Wiji Pasiani
Wiji Pasiani Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Belajar Menulis

Alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah berikan, i'm alive.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masihkah Identitas Kota Pariwisata Melekat di Yogyakarta?

28 April 2023   11:47 Diperbarui: 28 April 2023   11:55 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk Teras Malioboro 1, penuh dengan gerai yang menjajakan produk khas kota Yogyakarta (dokpri)

Hampir semua orang tahu bahwa Yogyakarta merupakan salah satu daerah istimewa di negeri tercinta ini. Sebuah kota dengan simbol Tugu Pal Putih selebihnya Malioboro, Pasar Beringharjo menjadi icons kota Yogyakarta yang menjadikan terkenal tidak hanya di dalam negeri bahkan hingga ke mancanegara.

Meski begitu, masihkah kota Yogyakarta dijuluki sebagai kota pariwisata?

Setiap kota mempunyai keunikan tersendiri sebagaimana dengan kota Yogyakarta. Selain dikenal makanan khasnya yakni Gudeg, Yogyakarta juga dikenal dengan keunikannya seperti produksi kain batik, souvenir dari tempurung, musik tradisional gamelan (gong, kenong, bonang dsb), pertujukkan wayang, beragam kerajinan (perak, bambu) serta terdapat banyak obyek wisata alam (pantai, candi, taman).

Jalan Malioboro merupakan salah satu kawasan wisata yang tak boleh dilewatkan. Bagaimana tidak? Letak Malioboro persis di jantung kota, meski hingar bingar wisatawan yang berlalulalang, aktivitas warga menjajakan produknya, hilir mudik becak juga delman hingga alunan merdu dari para pemusik jalanan tak membuat kebisingan namun justru membawa kenyamanan dalam berwisata.

Sepanjang jalan ini hingga titik nol kilometer, wisatawan akan menjumpai banyak gerai yang menjajakan aneka batik mulai baju batik serimbit, daster batik, beskap, baju batik anak, tas batik, accessories batik, sandal khas Yogya, kaos dagadu. Tentunya wisatawan harus menyiapkan isi dompet yang tebal agar leluasa memborong souvenir yang diminati sebagai pengingat pernah singgah ke Yogyakarta.

Pintu masuk Teras Malioboro 1, penuh dengan gerai yang menjajakan produk khas kota Yogyakarta (dokpri)
Pintu masuk Teras Malioboro 1, penuh dengan gerai yang menjajakan produk khas kota Yogyakarta (dokpri)

Teras Malioboro I merupakan hidden spot yang wajib dikunjungi. Tidak hanya sebagai tempat duduk santai melepas penat namun juga sebagai wahana ber-selfie ria, apalagi menjelang malam. Lampu yang bertemaraman di sepanjang kompleks menambah suasana syahdu serta instagramable.

Gedung Teras Malioboro ini, terdiri dari 3 (tiga) lantai, 1 (satu) basement dan dilengkapi escalator juga lift layaknya shopping mall lainnya. Sama halnya dengan sepanjang jalan Malioboro, di Teras ini juga menjajakan aneka batik. Hebatnya, gedung Teras I mampu menampung 1.000 pedagang kaki lima (PKL).

Lebaran H+7 di titik nol kilometer (dokpri)
Lebaran H+7 di titik nol kilometer (dokpri)

Bunyi slogan yang terpampang di dinding taman Teras Malioboro I "Bagi setiap orang yang pernah tinggal di Jogja, setiap sudut kota di Jogja, itu romantis", menambah penasaran seperti apa sih Yogyakarta itu?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun