Membaca sekilas mungkin Anda berpikir kalau ini adalah sebuah judul film. Tak dapat dipungkiri, high hills mungkin bagi sebagian besar wanita adalah suatu kewajaran ataupun kewajiban karena tuntutan pekerjaan. Lihat saja para aktris, penyanyi, ataupun bintang film lainnya. Mereka berlomba-lomba mempertontonkan betapa jenjangnya dan betapa cantiknya kaki mereka. Tak hanya 2-3 cm. Bahkan ada yang 20 cm. Wow, bagi saya yang tak terbiasa menggunakannya hanya bisa berguman.
Tak hanya mampu mempercantik diri, high hills juga mampu menghidupkan rasa percaya diri pada kaum hawa. Mereka mengabaikan rasa sakit ataupun lecet ketika menggunakan high hills. Bagi saya, yang notabene hanya seorang pengajar, tak mampu rasanya jika harus menggunakan high hills ketika berada di kelas. Memang, saya tidak feminim, tidak pula tomboy, tetapi saya perlu berpikir 2 kali jika harus berjam-jam menggunakan high hills ketika mengajar. Hampir semua sepatu saya merupakan jenis flat. Atas saran teman, saya pernah menggunakan separu high hills ketika mengajar. Namun, baru beberapa menit saja kaki saya sudah pegal-pegal. Sehingga tak lagi saya paksakan untuk memakainya.
Dari hasil penelitian pun menunjukkan terdapat wanita penderita bunion, yaitu pembengkakkan pada persendian pertama ibu jari kaki karena penggunaan high hills. Sehingga bentuk kaki menjadi tidak teratur. So, hidup itu pilihan, and high hills is not my choise...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H