Mohon tunggu...
Wijia Prasetya
Wijia Prasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

aku suka apapun, asal tidak memberatkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Bahasa Kias dari Puisi "Hujan Bulan Juni"

26 November 2024   15:23 Diperbarui: 26 November 2024   15:25 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/mKsFDyruzdVTtGM39

Hujan Bulan Juni merupakan puisi karya Sapardi Djoko Damono. Puisi ini mengandung beberapa bahasa kias yang menciptakan kesan mendalam dan memperkaya makna dari puisi tersebut. Dalam isi puisi ini, Sapardi menggambarkan perasaan cinta dan kesedihan yang mengalir dalam suasana yang sangat puitis.

Beberapa bahasa kias yang mendominasi di dalam puisi ini adalah metafora, personifikasi.

Metafora adalah penggabungan dua hal yang berbeda untuk menciptakan gambaran baru yang lebih dalam. 

Contohnya pada baris pertama, "hujan bulan Juni," hujan di sini bukan hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai simbol dari perasaan yang datang secara tiba-tiba dan membawa kesedihan. Hujan juga sebagai simbol kerinduan, Hujan seringkali dikaitkan dengan perasaan rindu dan kesepian. Dalam puisi ini, hujan menjadi representasi dari kerinduan yang mendalam.

Hujan yang terjadi di bulan Juni, yang tidak biasa karena bulan Juni merupakan musim kemarau, menciptakan gambaran tentang ketidaksesuaian antara perasaan dan kenyataan. Hujan di bulan Juni menjadi metafora bagi perasaan cinta yang tidak terungkapkan, datang tanpa diduga, dan membawa perasaan yang kompleks.

Yang kedua ada personifikasi, dalam gambaran hujan yang seolah-olah memiliki perasaan. 

Pada baris "hujan jatuh di atas bumi," hujan tidak hanya sebagai fenomena alam yang sering terjadi, tetapi hal ini seolah-olah memiliki peran emosional, yaitu memberikan kesan mendalam pada pembaca. 

Personifikasi ini menambah kesan bahwa alam seolah-olah ikut merasakan atau mencerminkan perasaan manusia.

Hujan sebagai sosok yang sabar dan bijaksana:

"Tak ada yang lebih tabah dari hujan", atau "Ia tahu kapan harus pergi." Pada bait ini menggambarkan hujan sebagai sosok yang mengerti tentang waktu dan tidak memaksakan kehendak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun