Hujan sebagai sosok yang penuh akan kerinduan: "Hujan itu menyukai rindu, / Karena rindu selalu menumbuhkan bunga-bunga baru." Di sini, hujan dipersonifikasikan sebagai sosok yang merasakan kerinduan dan mampu menciptakan keindahan dari perasaan rindu tersebut.
Hujan sebagai sosok yang arif: "Hujan itu selalu belajar dari angin, / Tentang kesabaran dan keikhlasan." Hujan digambarkan sebagai sosok yang terus belajar dan berusaha untuk terus menyempurnakan diri.
Melalui penggunaan bahasa kias tersebut, puisi ini menggambarkan kedalaman perasaan cinta yang tak terungkapkan dengan sangat indah dan penuh makna. Hujan yang turun di bulan Juni seakan menggambarkan perasaan cinta yang datang secara tak terduga dan tiba-tiba, penuh perasaan, dan mungkin juga disertai dengan kesedihan karena mungkin cintanya yang tak terbalas. Puisi ini membawa ilusi pembaca untuk merenungkan tentang cinta yang terkadang sulit untuk diungkapkan dan diterima.
Bait ke tiga kalimat tersebut bisa diartikan sebagai kedatangan hujan pada bulan Juni yang begitu singkat. Hal itu dimaknai sebagai seseorang yang hadir dalam waktu singkat, namun mampu mengobati rasa rindu yang begitu lama dinantikannya.
Puisi "Hujan Bulan Juni" adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana bahasa kias dapat digunakan untuk menciptakan karya sastra yang terlihat indah dan bermakna. Melalui personifikasi dan metafora, Sapardi berhasil menyulap fenomena alam yang sederhana menjadi sebuah karya seni yang penuh dengan nuansa keindahan katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H