Mohon tunggu...
Wijaya Yasmin
Wijaya Yasmin Mohon Tunggu... Insinyur - Wijaya Yasmin alumni IPB

Wijaya Yasmin, alumni IPB, Bogor. Ahli dan praktisi manajemen perkebunan kelapa sawit. Agama dan politik pun faham.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi

26 Desember 2019   10:21 Diperbarui: 26 Desember 2019   10:20 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Entah sudah berapa ribu artikel mengenai toleransi, baik di TV, media cetak, media online, maupun di jejaring sosial, namun pada setiap akhir tahun selalu saja muncul diskusi, dialog atau opini mengenai apa yang disebut sebagai TOLERANSI.

Kenapa topik itu selalu menarik dibahas? Mungkin karena berkaitan dengan "ucapan Selamat Natal". Ya, "Selamat Natal" telah menjadi pro dan kontra terutama dalam kalangan internal umat Islam, apakah seorang muslim boleh mengucapkan "Selamat Natal" kepada teman atau saudara yang beragama Katholik ataupun Protestan?

Yang pro berpendapat bahwa hal itu boleh-boleh saja, hanya sebagai basa-basi pergaulan sebagai sesama anak bangsa. Sedangkan bagi yang kontra berpendapat bahwa mengucapkan Selamat Natal, berarti mengucapkan Selamat atas kelahiran Yesus, dan jelas Yesus tidak diakui sebagai Tuhan oleh penganut Islam. Lagian moso' ummat yang dianggap "domba sesat" mengucapkan SELAMAT ?

Yah, itu biarlah menjadi pendapat masing-masing. Yang penting persatuan dan kesatuan bangsa kita tetap terjaga, aman, rukun dan damai!

Kembali ke masalah TOLERANSI. Secara harfiah, tolerasi itu artinya MEMBIARKAN (terambil dari Bahasa Latin : TOLERARE). Nah, jelas sekali bahwa Toleransi tidak berarti melarang, tidak menyuruh dan juga tidak berarti mengikuti, sekali lagi TOLERANSI ARTINYA MEMBIARKAN.

Jadi, ummat Islam selama ini sudah bertoleransi, artinya membiarkan teman atau saudaranya merayakan Natal dan ataupun Tahun Baru Masehi. Jadi, yang tidak mengucapkan SELAMAT, tidak tepat dikatakan sebagai kelompok yang INTOLERAN; kecuali ada yang melarang atau menghalangi orang beribadah, maka itulah yang disebut sebagai kelompok yang INTOLERAN.

Demikian sedikit catatan saya. Mohon dikoreksi kalau saya keliru. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun