Siang itu, Nindha sedang berkutat pada tugas kuliahnya yang ia tekuni sejak usai sholat subuh tadi. Kepalanya terasa pening lantaran dipaksa untuk berfikir keras menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh dosennya dan harus diserahkan besok pagi.
Sebenarnya waktu pengerjaan yang diberikan cukup lama, hanya saja Nindha yang terlalu santai dan asik mengikuti lomba-lomba cerpen yang belakang ini menjadi kegemaran nya sehingga dia sedikit mengabaikan tugas kuliahnya.
"Nindha," panggil Ibu ketika Nindha sedang mengelap kacamatanya.
"Iyah, Bu!" jawab Nindha setengah berteriak.
"Bisa tolong bantu Ibu sebentar, Nak?" pinta Ibunya dari arah dapur. Tanpa basa-basi Nindha langsung meninggalkan kamarnya dan menghampiri Ibu di dapur.
"Apa yang bisa Nindha bantu, Bu?" tanya Nindha.
"Tolong potongin daun bawang itu, Nak?" pinta Ibunya sambil menunjuk daun bawang di dalam wastafel.
"Ini pisaunya, Nak, hati-hati, yah," lanjut Ibu sambil menyerahkan pisau.
"Iyah, Bu," jawab Nindha. Dengan lincah tangannya memotong daun bawang yang Ibu tunjuk tadi.
Sebagai anak perempuan bungsu yang lama sudah tidak bertempur di dapur, membuatnya sedikit kebingungan meski tangannya masih tetap lincah memotong daun bawang, tapi di hatinya ada sedikit rasa ganjal.
"Bu...," panggil Nindha, ragu.