Mohon tunggu...
miranti wijaya
miranti wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I'm a student who is trying to be a writer :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Mana Ibuku?

11 Juni 2012   13:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:06 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seorang gadis berumur 10 tahun. Ayahku sibuk bekerja setiap hari, makhlum pekerjaannya sebagai Anggota Dewan telah menyita waktunya. Walaupun seorang Ibu Rumah Tangga, Ibuku sangat sibuk sekali. Sibuk bersama dengan teman – temannya. Aku sendiri sibuk dengan sekolah dan lesku. Adikku yang masih berusia 3 tahun pun asyik sendiri dengan kehidupannya. Ya kami sendiri sibuk dengan dunia kami masing – masing.

Pagi – Pagi aku bangun tidur sendiri, sejak kecil aku terbiasa bangun tidur pagi dengan sendiri. Kamar Ibu dan ayahku masih tertutup rapat. Tanda mereka belum bangun. Hanya ada seorang pembantu yang sibuk mondar – mandir membersihkan ini – itu. Aku bergegas mandi agar tuidak terlambat ke sekolah. Setelah selesai mandi, tampak Ibuku baru bangun tidur dengan baju daster tanpa lengan. OH TIDAAAAAAAK !!!!!!!!!!! Aku lupa mengerjakan PR Bahasa Indonesiaku “. Sibuk mengerjakan PR, aku sampai lupa kalo harus sarapan sebelum berangkat. Dan karena aku memiliki postur tubuh gemuk dibandingkan anak SD kelas 5 lainnya, walaupun terlambat aku tak mau melewatkan jatah sarapan pagiku. Selesai sarapan, aku langsung berangkat bersama kakak tiriku, yang kebetulan SMAnya terletak di depan SDku.

Jam satu, aku tiba kembali di rumah dengan di antar ojek langgananku. Rumah tampak sepi, hanya ada pembantu yang selalu sibuk dan adikku yg tertidur dalam ayunan. Aku pulang, masuk kamar dan menyalakan AC. Santai – santai sejenak kemudian aku ke dapur untuk makan siang sendiri. Siap – siap dan waktu menunjukkan pukul tiga, sudah waktunya aku berangkat les. Sopirku sudah siap mengantarkanku di depan gerbang. Jam lima, aku pulang dijemput Ibuku atau siapun yang disuruh Ibuku. Dan saat itulah aku melihat Ibuku ada di rumah, setelah asyik bermain kesana sini. Istirahat, mandi solat dan berkumpul bersama keluarga. Walaupun itu hanya sekedar melihat wajah mereka. Aku terkadang lebih asyik dengan duniaku. Karena merekapun tak menghiraukanku sama sekali. Dan jika waktu menunjukkan pukul delapan, dan saat itulah aku sudah terbuai dalam mimpi. Yupss.. itulah rutinitasku setiap hari.

Sangat monoton dan statis. Hari minggu ku habiskan bermain bersama teman – temanku. Tapi semua berubah, ketika kakak Ibuku datang kerumahku. Beliau menginap selama kurang lebih dua bulan. Jujur aku sangat menikmati dan menantikan moment – moment ini. Karena di tahun sebelumnya, aku juga merasakan hal ini. Beliau menginap selama 4 bulan dirumahku. Aku merasa sangat bahagia. Aku sangat menantikan kedatangannya dirumahku. Karena apa?

Karena aku membutuhkan kehangatan. Karena aku membutuhkan kasih sayang. Dan karna aku ingin tahu cinta kasih seorang Ibu. Aku merasa sejak kecil aku tak pernah merasakan hal itu. Sejak beliau datang, perubahan drastis terjadi dalam segala aktifitasku. Ketika aku terbangun dari tidurku, aku melihat ada sosok seseorang yang telah mendahuluiku dan menyambutku dengan senyuman indah. “ Selamat Pagi,Mega”. Setelah aku mandi, aku duduk di meja makan dan sudah ada sepiring nasi goreng buatannya siap kusantap. Aku bosan setiap hari makan makanan yang siap saji dan selalu beli. Aku ingin menyantap masakan rumah, masakan yang dimasak di rumahku. Walaupun sama jenisnya, menurutku beda rasa dan nikmatnya. Karena MASAKAN IBU ISTIMEWA. Dan tidak itu saja, beliau pun duduk di sebelahku. Pagi – pagi beliau mengantarkanku ke sekolah, dan entah kenapa sejak mengenalnya aku jadi terbiasa cium tangan saat berpisah. Pulang sekolah, aku menemukannya sedang menanti kehadiranku. Menanyakan kegiatanku hari ini. Jujur saja, aku sangat senang diperlakukan seperti ini. Aku merasa menjadi anak yang paling bahagia. Beliau juga mengantar jemputku les. Tidak itu saja, beliaupun mengurus adikku dengan sangat telaten. Mengajaknya jalan – jalan, makan dan menemaninya tertawa. Malam hari, beliau selalu mengingatkanku untuk mengerjakan PR. Hal yang tak pernah Ibuku lakukan. Bukan maksud ingin membandingkan, tapi itulah faktanya. Hari – hariku pun berubah semenjak ada sosok beliau. Dan aku sangat menyayanginya.

Di hari minggu, kami menghabiskan waktu untuk makan di luar bertiga, bersama adik kecilku. Aku tau beliau tak ada sama sekali niatan untuk merebut posisi Ibuku. Tapi memang Ibuku sangat sibuk bersama teman – temannya. Sehingga tidak ada lagi waktu yang tersisa untukku. Sekalipun itu ada, pasti ia selalu mengajak teman – temannya. Sometime, I need time with my family. Tapi bersama beliau aku merasakan hal itu.

Aku bukan anak yang pandai, tapi aku mempunyai tekad yang besar dan keinginan yang kuat. Wali kelasku mengatakan bahwa aku hampir tidak naik kelas di tahun ini, aku menguping pembicaraan Bapak Ismi dengan tanteku. Dan aku pun hampir tiap hari terlambat. Kalau ini bukan rahasia lagi, semua temanku di kelas mengetahui hal ini. Tapi anda tau perubahan yang terjadi selama 2 bulan ini?

Aku mendapat predikat murid yang selalu datang pagi. Banyak temanku yang memuji hal itu. Dan jujur aku merasa bangga. selain itu, Pak Ismi mengatakan bahwa akhir – akhir ini sudah tampak perubahan dalam skalar nilaiku. Kembali lagi aku merasa bangga. dan aku menceritakan hal ini kepada tanteku. Seberapa berartinya beliau buatku, alu merasa sekarang aku berubah menjadi lebih baik. Karena aku juga mengagumi putri – putri beliau yang kini tumbuh cerdas dan berprestasi. Mereka adalah patokanku jika aku malas belajar.

Selain itu, hal – hal yang tak pernah ku dapati dari keluargaku adalah kehangatan. Di moment – moment tertentu aku kerap kali mendapatkan pelukan hangat dan ciuman kasih sayang dari beliau. Pelukan yang membuatku merasa aman, damai dan tentram. Ciuman yang mampu memberi semangat untukku maju.

Aku memang bersyukur tidak merasakan hidup susah, aku ingin makan ini – itu tinggal pesan saja. Aku ingin beli ini – itu tinggal ambil saja. Tapi terkadang yang ku butuhkan bukanlah itu ma, aku butuh perhatian dan kasih sayangmu.Apakah aku manja jika aku membutuhkan itu? Apakah salah jika nanti kasih sayangku lebih besar kepada kakakmu? Tapi ia memberikan apa yang aku mau.. entah yang mana Ibuku tapi kini aku merindukan beliau yang sudah kembali ke Jakarta berkumpul bersama keluarga kecilnya :’)

Aku ingin menjadi bagian keluarganya, walaupun hidup sederhana, aku merasa bahagia.

For my sista..

I wrote sound of your heart in my paper
this is for you

With love,

MW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun