Ya.. kata – kata itulah yang sedang terlintas di otakku. Di dunia perkuliahan yang main serong ini, tidak seperti jaman SMA dulu yang kurasakan. Kalo dulu guru memberi nilai sesuai nilai akumulasi tugas,ulangan harian,UTS dan UAS. Jika nilai UTS dan UAS kurang maksimal, maka di rapot guru tetap memberi nilai yang terbaik buat siswa tersebut. Karena sang guru tau bahwa si murid ini mampu menguasai pelajarannya. Walaupun ada siswa lain yang memiliki nilai lebih besar, namun sang guru tau bagaimana ia di kelas. Berbeda sekali ketika kita kuliah, entah berasal darimana nilai UTS dan UAS namun siswa dapat meraih nilai ‘A’ pada akhirnya. Itulah pengalaman yang saya dapati setelah menjalani kuliah.
Saya merasa teman saya yang belajarnya kurang maksimal atau bahkan tidak belajar malah meraih nilai tinggi pada UTS dan UASnya. Dan sebaliknya, yang belajar dengan sungguh – sungguh malah mendapat nilai dibawah yang tidak belajar ini. Padahal secara pemahaman memang siswa yang belajar ini memang menguasai materi. Namu banyak factor – factor yang membuat ia harus mendapati nilai kurang maksimal. Seperti materi yang dipelajari, tidak banyak keluar pada saat ujian. Sedangkan siswa yang mencontek ini tinggal memasukkan materi tersebut ke dalam HP dan mencontek ke kiri dan ke kanan ( yang terjamin sudah pintar ). Disini sedikit saya menambahkan, HP canggih malah membuat siswa berlaku curang. Seperti halnya, salah seorang teman saya memasukkan materi ke dalam aplikasi handphone yang tersedia. Dan pada akhirnya, si mahasiswa ini mendapat nilai terbaik.
Saya sangat ingin mengatakan hal ini padanya, namun jujur saya takut hal ini membuat ia tersinggung. Bukan karna saya sirik kepadanya yang selalu mendapat nilai di atas saya, tapi karna memang yang ia lakukan itu merigukan semuanya.
Kawan.. buat apa sih kamu mencari nilai tinggi. Agar memenuhi targetmu untuk mencapai IP minimal 3,5 ? apa karna itu kamu menghalalkan segala cara. Boleh saja kamu berkata koruptor korupsi uang Negara/ rakyat. Toh kamu sendiri juga korupsi. Hal kecil saja kamu sudah seperti ini. Bagaimana dengan hal besar? Bertindaklah jujur..
Aku sama sekali tidak iri padamu. Buat apa aku iri untuk sesuatu kebohongan, untuk sesuatu yang tidak jujur. Tapi yang perlu kamu tau?
IP tinggi bukanlah suatu jaminan. Berbalik ke artikel yang pernah saya tulis mengenai Value VS Skill. Disana saya mengulas bahwa yang dibutuhkan adalah bakat. Buat apa IP gede kalo ga ada ilmunya. Saya merasa bahwa saya belajar hanya untuk bersaing dengan mereka yang mencontek.
Ini untuk para mahasiswa/i Indonesia, saudara dan saudariku tersayang :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H