Hari ini adalah hari pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) di sekolahku. Para siswa harus mengikutinya dari tanggal 11 s.d. 15 Oktober 2010. Para guru pun ditugaskan untuk menjadi pengawas UTS dan mendapatkan pengarahan terlebih dahulu dari pimpinan sekolah.
Mengapa para guru harus diberikan pengarahan? Bukankah mereka sudah terbiasa menjadi pengawas setiap kali UTS diselenggarakan? Jawabannya, karena adanya pengarahan  membuat guru yang bertugas sebagai pengawas  menjadi lebih baik lagi dalam mengawas UTS. Ada pencerahan terjadi disitu. Ada saling nasehat menasehati terjadi antara pimpinan sekolah dengan teman-teman guru sebagai mitra kerjanya. Proses komunikasipun berjalan dengan baik, karena adanya dialog. Kepala sekolahpun akan memahami dan mengerti  apa yang terjadi. Lalu segera mencari solusi dari permasalahan pembelajaran sebelum dan sesudah UTS dilaksanakan.
Bila kepala sekolah cakap dalam memimpin, dan mengkooordinir kegiatan UTS dengan baik, maka akan sukseslah pelaksanaan UTS. Di situlah pentingnya seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengarahkan mitra kerjanya agar bersama-sama menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Sekolah hanyalah lingkungan komunitas kecil. Tetapi di sinilah kita belajar menjadi seorang pemimpin. Seorang kepala sekolah memimpin teman-teman guru agar sukses dalam menjalankan program-program sekolah dengan baik. Para guru memimpin peserta didiknya agar mampu mencapai cita-citanya, dan para peserta didik belajar menjadi pemimpin agar dirinya mampu menggali ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Tentu kepala sekolah, guru, dan siswa akan berusaha menyatukan iptek itu yang terintegrasikan dalam keimanan dan ketakwaan (imtak) . IPTEK dan IMTAK harus menyatu dalam diri seorang pemimpin. Pemimpin yang mendapatkan tugas dari Allah, Tuhan penguasa langit dan bumi.
Menjadi seorang pemimpin harus dimulai dari diri sendiri dulu. Ketika seseorang telah mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik, maka dia dapat memimpin orang lain. Ketika orang lain merasa nyaman dengan kepemimpinannya, maka orang tersebut  dianggap mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat memberikan pencerahan kepada orang yang dipimpinnya.
UTS yang dilakukan para peserta didik hari ini adalah bagian dari pembinaan calon pemimpin di masa depan. Calon pemimpin masa depan yang diharapkan mampu berlaku adil, memiliki kepekaan, percaya diri, dan mandiri. Setiap siswa diberikan kepercayaan  atau mandat dari para guru untuk mengerjakan soal-soal yang sudah dipelajarinya. Bagi mereka yang mengalami proses pembelajaran dengan baik, maka akan mengalami kemudahan dalam mengerjakan soal-soal itu. Sebab sebuah proses pembelajaran telah terjadi dalam dirinya.
Bila anda telah menjadi seorang pemimpin pemerintahan, tentu anda pun akan mengalami proses pembelajaran itu. Kepemimpinan pak SBY misalnya. Tak mungkin pak SBY langsung menjadi seorang presiden tanpa melalui proses pembelajaran. Beliau tentu belajar bagaimana caranya menjadi seorang presiden dengan strategi politik yang matang dan terencana. Belajar memahami  keinginan rakyat  dan mengkampanyekan apa yang dilihatnya menjadi "isue" politik yang menarik dalam pemilu. Dari pemilihan isu itulah beliau tampil dan terpilih menjadi seorang presiden. Tentu dengan politik pencitraan yang berbiaya mahal.
Mas Inu mengatakan dalam lauching bukunya, pak beye dan politiknya. Politik itu mahal, dan wajar saja kalau harga buku pak beye dan politiknya lebih mahal dari buku pak beye dan istananya. Dari situ dapat tertangkap pesan bahwa politik itu memang mahal. Anda akan melihat kemahalan politik itu setelah membaca buku mas inu. Oleh karenanya, pakar komunikasi politik, effendi Gozali mengatakan, kalau anda membaca buku karya mas inu, maka anda yang membenci kepemimpinan pak beye  akan semakin benci, tetapi bagi anda yang menyukai gaya kepemimpinan pak beye, maka anda akan semakin suka dengan pak beye. Begitulah pernyataan mas effendi yang saya ingat dalam peluncuran buku mas inu di toko buku gramedia matraman beberapa waktu lalu.
Tak ada ongkos politik berbiaya murah. Termasuk bila anda ingin menjadi pemimpin di negeri ajaib ini. Semua ada harga yang harus ditanggung bila ingin menjadi sang pemimpin. Mulai dari menjadi calon pemimpin di desa sampai ke kota, bahkan sebuah Negara membutuhkan biaya politik yang cukup besar.
Tidaklah aneh bila kita dapatkan berita, seorang calon pemimpin kepala daerah langsung mengalami stroke ketika dinyatakan kalah. Kalaupun kuat tak mengalami stroke, istrinya yang mengalami stroke karena begitu banyak hutang yang harus dibayarkan. Bila terpilih, maka akan mulailah hitungan matematika dipraktikkan, sehingga sulit dicari pemimpin yang bersih dan amanah. Calon-calon koruptor barupun bermunculan dari raja-raja kecil di daerah.
UTS dan kepemimpinan SBY  tentu tak ada hubungannya langsung dalam tulisan ini. Aku hanya  mencoba mengkaitkannya dari sisi pembelajaran saja.