Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Pendidikan: Mencerdaskan Otak atau Watak?

3 Mei 2011   20:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:06 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_105989" align="aligncenter" width="600" caption="Hiburan anak di Tegallega Bandung"][/caption]

Membaca koran Kompas Selasa, 3 Mei 2011 di kolom opini halaman 7 tentang pendidikan watak yang dituliskan oleh Bapak Mochtar Buchori, membuat saya terinspirasi untuk membuat sebuah tulisan yang berjudul Urgensi Pendidikan. Sebuah artikel yang lebih mengarahkan peserta didik untuk mampu memancing ikan, dan menemukan kreativitas dan imajinasinya. Seperti yang anda lihat dalam foto hiburan anak di Tegallega Bandung.

Pentingya sebuah pendidikan bagi manusia sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun sayangnya, kelakuan tidak bermoral dan perbuatan negatif lainnya seperti korupsi di negeri ini justru dilakukan oleh mereka yang telah mendapatkan pendidikan. Bahkan mereka itu telah mendapatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau universitas. Itulah yang membuat kita miris.

Mengapa banyak orang pinter di negeri ini menjadi keblinger? Apa yang menyebabkan mereka seperti itu? Pintar tetapi tersesat jalan. Pendidikan macam apa yang telah mereka lalui sehingga otak lebih dominan ketimbang watak. Pasti ada yang salah dalam implementasi pendidikan watak. Kesalahan itu mudah saja dilihat karena minimnya pendidikan keteladanan.

Pendidikan watak hanya menjadi sebuah teori yang miskin aplikatif. Kejujuran menjadi barang mahal di era persaingan global. Takwa menjadi kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dijalankan. Kita pun menjadi orang yang munafik. Seolah-olah kita telah menjadi seorang ustadz yang bijaksana di kampung maling.

[caption id="attachment_105996" align="aligncenter" width="600" caption="Kambing bandot dan Keretaya merupakan Wujud dari Sebuah Kreativitas"][/caption]

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Urgensi Pendidikan dimulai dari manusia dilahirkan dari rahim ibundanya. Seorang anak bagaikan kertas putih yang siap dituliskan isinya. Orang tuanyalah yang akan membentuk karakter atau watak anaknya. Oleh karenanya pendidikan keluarga adalah pendidikan yang sangat penting di dalam frase pertumbuhan anak. Bila pendidikan dalam keluarganya baik, maka ketika sang anak berhadapan dengan lingkungan sekitarnya akan berusaha untuk menyampaikan kebaikan. Hati nuraninya akan berontak ketika ada sesuatu yang tak sesuai hati nuraninya. Di situlah sebenarnya peran penting ayah dan ibu. Tak salah bila kitab suci selalu mengingatkan, "Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.

Ketika pendidikan keluarga telah berjalan baik, maka ada jenjang pendidikan formal yang harus mereka lalui. Orang banyak biasa menyebutnya sekolah. Di jenjang sekolah itulah pendidikan harus berjalan baik, dan sesuai dengan defenisi di mana peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki:

  1. Kekuatan spiritual keagamaan,
  2. Pengendalian diri,
  3. Kepribadian,
  4. Kecerdasan,
  5. Akhlak mulia,
  6. Keterampilan

Dari keenam hal di atas nampak jelas bahwa tujuan bersekolah seharusnya sesuai dengan definisi pendidikan yang sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003. Namun dalam kenyataannya seperti jauh panggang dari api. Sekolah belum menghasilkan peserta didik yang secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

[caption id="attachment_105992" align="aligncenter" width="600" caption="Para Ustadz dan Guru Berkumpul untuk Membuat Program Diklat"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun