[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Siswa SMP Sedang Mengerjakan US Praktik TIK, Sumber: Wijaya "][/caption]
Hari ini, Senin 12 April 2010, anak-anak SMP memulai kembali tahap evaluasi berikutnya setelah Ujian Nasional (UN). Tahap ini biasa disebut Ujian Sekolah (US). US dibagi ke dalam dua kegiatan, yaitu ujian praktek dan ujian teori. Buat sekolah-sekolah positif yang masih tetap fokus dengan evaluasi akhir para peserta didiknya, tidak akan pernah membiarkan US menjadi tak bergairah. Para guru dan stake holder yang berada di dalamnya akan memperlakukan US lebih sukses daripada UN.
Buat kami yang sudah masuk dalam kategori Sekolah Standar Nasional plus (SSN plus) dan apalagi telah ditunjuk oleh Kemendiknas sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), tentu lebih mempersiapkan US lebih baik daripada UN. Sebab UN yang dilaksanakan oleh pemerintah hanya berupa pemetaan saja, dan bagi kami para guru, UN dan US sama pentingnya, karena keduanya sama-sama sistem evaluasi. Semua saling melengkapi, sebab Sukses Ujian Nasional (SUN) harus pula diimbangi dengan Sukses Ujian Sekolah (SUS).
Evaluasi dalam dunia kependidikan jelas sangatlah penting. Namun sayangnya, masih saja ada pihak atau oknum yang menyalahgunakan fungsi evaluasi ini untuk memperkaya diri. Mengorbankan peserta didik hanya untuk kepentingan penguasa. Sebagai seorang pendidik, sering kali saya berempati pada mereka. Terlalu banyak beban pelajaran yang diberikan kepada mereka. Sementara aplikasi ilmu yang digunakan dalam kehidupannya hanyalah sedikit. Kalau kita lihat, anak-anak itu pintar secara akademis, tapi tak pintar dalam melihat dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajarinya. Wajarlah bila saat ini kita hanya melahirkan peserta didik yang cuma bisa menghadapi pertaruhan "hidup mati" kelulusan dan bukan kehidupan mereka yang akan datang.
Pelaksanaan US di sekolah kami dimulai dari Ujian Praktek mata pelajaran Agama, IPA, TIK, Seni Musik, Bahasa Inggris, Pendidikan jasmani, Seni Rupa, dan Keterampilan Jasa. Ujian Praktek dilaksanakan dari tanggal 12 s.d. 16 April 2010. Â Lalu dilanjutkan dengan Ujian Teori dari mata pelajaran yang tidak di-UN-kan.
Buat anak-anak SMP, mereka awalnya sangat fokus dengan UN. Bahkan tenaga dan pikiran mereka sudah terkuras habis agar nilai mereka tinggi. Maklumlah nilai 4 mata pelajaran yang di UN-kan menentukan jumlah nilai rata-rata UN yang berimbas kepada pemilihan sekolah yang akan dipilih siswa. Bila nilainya kurang, maka mereka harus puas dengan pilihan yang kedua. Karena itulah, anak-anak SMP di sekolah tempat penulis mengabdikan diri, tak pernah mengganggap remeh UN ini. Rata-rata dari mereka memilih sekolah SMA favorit di Jakarta, seperti SMAN 8, SMAN 68, SMAN 13, SMAN 28, SMAN 70, dan SMA 81. Tergantung dari domisili dimana mereka tinggal. Informasi ini penulis peroleh dari para siswa kelas IX yang penulis kumpulkan.
Bagi mereka, UN lebih utama karena berpengaruh terhadap pilihan mereka dalam melanjutkan pendidikan, sedangkan US sangat penting untuk mengetahui standar kompetensi lulusan (SKL) setiap peserta didik, sehingga didapatkan lulusan yang benar-benar menguasai materi yang telah diberikan selama tiga tahun belajar di SMP. Di sinilah terlihat proses pembelajaran berperan penting.
Oleh karenanya, para dewan guru dituntut membuat soal, baik praktek maupun teori yang benar-benar soal-soal berkualitas dan sesuai dengan kisi-kisi soal dan hasilnya dianalis dengan analisis butir soal. Membuat para guru terus menerus memperbaiki mutu dan kualitas soal dan memasukkannya dalam bank soal untuk dilatihkan kembali kepada para siswa.
Ujian Sekolah (US) yang menggairahkan akan tercermin dari peserta didik yang sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan itu dan mempersiapkan dirinya dengan baik. Mereka tak bisa main-main lagi, apalagi bila tak belajar sama sekali. Bila hal itu sampai terjadi, maka mereka tidak akan lulus dari bangku SMP. Sebab SKL yang mereka kuasai belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Buat para pengelola sekolah, angka kelulusan jelas merupakan pristise sebuah sekolah. Bila anak-anak itu lulus murni dan benar-benar menguasai SKL dengan baik dan mencapai nilai KKM dari setiap mata pelajarannya, maka tiada kata lain selain kegembiraan para dewan guru karena telah berhasil menghantarkan peserta didiknya memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bekal kehidupan mereka.
Ujian sekolah yang menggairahkan akan terjadi bila semua komponen yang berada di dalamnya merasakan rasa saling percaya, memiliki kepedulian, dan menghargai perbedaan. Para peserta didik merasakan senang karena apa yang diujikan memang benar-benar telah dikuasai mereka dari sebuah peroses pembelajaran yang berkualitas dimana kejujuran menjadi panglima utamanya.