Cerita Puri akan Jadi kenangan Indah di Kompasiana
Pagi ini saya mendapatkan email di dashborad message kompasiana yang berasal dari dokter Anugra Martyanto, isinya sebagai berikut:
Kabar duka cita,
Adik Puri yang menderita Kaker Payudara telah meninggal dunia kemarin jam 13.17 di JIH, dimakamkan hari ini di TPU Concat, Jogjakarta (sms forward dari Riky kakaknya Puri)…, MOHON DI KHABARKAN KE SEMUA TEMAN TEMAN / KOMPASIANERS YANG LAIN.
Terima kasih, Wass. Anugra Martyanto
Saya sempat kaget, sebab baru beberapa hari ini tulisannya ada di kompasiana. Memberikan semangat kepada semua orang bahwa sakit yang dideritanya tidak menjadikan halangan untuk tetap bersemangat dan tetap menghadapi hidup ini dengan tersenyum. Menulis dengan penuh keceriaan sebelum ajal menjemput. Menulis dengan semangat berbagi, dan menulis untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
Saya bisa menangkap ada kesedihan dari postingan-postingan keceriaan puri. Menulis dikala suasana hatinya sebenarnya sedang bersedih, tetapi kesedihannya itu dia tumpahkan dengan penuh semangat bahwa hidup harus berbuat. Berbuat kebaikan kepada sesama.
Kompasiana telah menjadi media yang menyimpan kenangan terindah di hari-hari terakhirnya, bahkan begitu banyak kompasianers yang berduka, membuat postingan yang menyentuh dan membuat kang pepih yang berada di Tasikmalaya meminta teman-teman blogger kompasiana untuk menuliskan tentang puri, seorang mahasiswi jurusan ilmu komunikasi UGM yang terkena kanker payudara.
Bagi saya pribadi, kisah puri adalah sebuah pembelajaran yang sangat mahal. Bukan kerana kisah ini begitu mengharukan tetapi ada hikmah yang bisa kita petik dari celotehan-celotehan puri yang menganggap dirinya masih belajar menulis. Ada pesan sakrar di sana, dan membuat public blogger seperti pak pray, seorang bloger senior kompasiana menuliskannya di sini.
Saya sudah membaca semua postingan puri, semua penuh dengan keceriaan, tetapi ada sebuah postingan yang membuat saya menangis ketika dia menyampaikan bahwa Oktober bulan pink
Met pagi semua ^_^