Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selamat Hari Guru! Jadilah Guru Tangguh Berhati Cahaya

24 November 2011   20:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 5907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/-f2paUj2qSmA/Tc_rHW8l-tI/AAAAAAAAAA0/zcx67bZNF_k/s1600/selamat_hari_guru+2.jpg

Semoga di saat anda membaca artikel saya ini, anda dalam keadaan bahagia. Sebab hari ini adalah hari guru. Hari dimana para guru dan peserta didiknya merayakan hari guru. Sebuah hari yang digunakan untuk mengenang para pahlawan insan cendekia yang telah tiada. Mereka berkorban tanpa mengharapkan imbalan, dan terus berjuang dalam menjalankan amanah undang-undang dasar yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="http://2.bp.blogspot.com"][/caption]

Hari guru ditetapkan oleh pemerintah setiap tanggal 25 Nopember, sebuah tanggal di mana organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dilahirkan. Kita berharap organisasi guru seperti PGRI lebih baik lagi dalam melayani para anggotanya. Hal yang terpenting jangan jadikan PGRI sebagai kendaraan politik, dan mereka yang menjadi dosen sebaiknya membentuk organisasi sendiri. Sebab guru dan dosen memiliki tempat mengajar yang berbeda. Guru di sekolah dan dosen di perguruan tinggi.

Begitu banyak organisasi guru. Kalau dihitung jumlahnya bisa lebih dari 20 organisasi. Sebagai guru sekolah swasta, saya lebih memilih organisasi Ikatan Guru Indonesia (IGI)  sebagai ladang amal saya dalam berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman. Hal ini dikarenakan program kerja IGI sangat jelas yaitu melakukan gerakan guru melek internet, dan menjadikan guru mampu menulis.

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya, begitulah pesan khalifah sayidina Ali bin Abi Thalib. Dengan menulis, ada pesan yang disampaikan, dan dengan menulis ada tabungan kata-kata hikmah yang dapat disimpan menuju keabadian. Apalagi dengan cepatnya perkembangan teknologi saat ini, khususnya internet harus membuat guru mampu merubah cara belajarnya. Dari cara belajar yang tidak hanya di dalam kelas, menjadi cara belajar di luar kelas. Para guru diharapkan mampu memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran. Dengan begitu mutu atau kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dan tersebar dengan cepat informasinya kepada rekan-rekan guru lainnya.

Guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil proses pembelajaran. Pasal 4 UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menegaskan bahwa, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Kompetensi diartikan oleh Cowell (1988) sebagai suatu kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi guru.

Selain kompetensi, harus ada komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam menjaga sekolah agar tetap unggul. Komitmen dan dedikasi itu terlihat dari perilaku guru yang senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar sepanjang hayat. Konsisten dan tak pernah berhenti untuk belajar dalam rangka mengembangkan potensinya menjadi guru profesional.

Guru sekarang harus saling bekerjasama, dan jangan hanya asyik dengan pelajaran yang diampunya. Setiap ilmu akan saling terhubung dan saling melengkapi sehingga tak ada lagi pelajaran primadona seperti mata pelajaran Ujian Nasional (UN) yang terkadang melupakan unsur seni dan kreativitas.

Peserta didik terlihat seperti robot yang hanya mampu mengerjakan soal-soal ujian tanpa tahu maknanya. Mereka tak mengerti dan memahami untuk apa mereka belajar. Mereka hanya berharap nilai  yang tinggi, tanpa budi pekerti yang luhur dan pada akhirnya membuat peserta didik kehilangan karakter unggul menjadi pemimpin masa depan. Kita pun tak mampu memikat generasi cerdas dan kreatif menjadi guru (Opini Kompas, Sabtu 26 Nopember 2011).

Di hari guru, mari semua guru bersatu untuk maju. Tak perlu saling tuding dan menyalahkan. Mari kita benahi lubang-lubang menganga dalam dunia pendidikan kita. Kegotong royongan harus senantiasa dijaga, dan pengamalan pancasila harus benar-benar nyata terimplementasikan dalam diri seorang guru. Penerapan pendidikan karakter haruslah mengikuti ajaran agama. Seorang guru sebaiknya memiliki sifat kenabian yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan sifat Sidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah (STAF) seharusnya para guru mampu memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya.

Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Hilangkan keluh kesah, dan mulailah introspeksi diri. Bila penghasilan guru belum memadai, teruslah belajar secara mandiri, dan teruslah memperbaiki diri dengan berbagai pelatihan-pelatihan yang membuat guru akhirnya memiliki keterampilan penting di abad 21. Salah satu keterampilan itu adalah para guru mampu menciptakan informasi di internet.

Mind set para guru sudah harus berubah. Dari pencari informasi menjadi produsen informasi. Oleh karena itu, gerakan guru menulis sangat tepat agar para guru mampu mengikat ilmunya dan membagikannya kepada khalayak ramai. Dunia pendidikan kita memerlukan konten-konten edukasi agar peserta didik tak terlalu asyik bermain games.

Peserta didik kita sangat haus akan informasi, namun sayangnya belum banyak konten-konten edukasi yang dibuat oleh para guru. Kinilah saatnya kita belajar dan memanfaatkan ICT atau TIK dalam pembelajaran. Manfaatkan blog sebagai sarana media pembelajaran. Minimal dapat mampu meningkatkan minat baca peserta didik kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun