[caption id="attachment_64035" align="alignright" width="125" caption="SBY oh SBY"][/caption]
SBY oh SBY. Dulu aku memujamu. Dulu aku merindukanmu. Tetapi sekarang aku seperti tak punya rasa denganmu? Entahlah aku tak tahu. Padahal, telah kau naikkan gajiku, dan telah kau angkat pula nasib guru dengan sertifikasi guru. Aku pun merasakan betapa nikmatnya duit dari sertifiaksi guru.
Aku bingung, begitu banyak orang yang mengkritikmu akhir-akhir ini. Padahal, dulu setahuku. Engkau dipuji dan dipuja di sana-sini. Dari anak kecil sampai orang tua. Aku pun terhanyut dalam janji-janjimu dulu waktu pilpres waktu itu. Periode pertama pemerintahanmu. Berpasangan dengan pak JK yang merupakan idolaku.
Kini, kau punya pasangan lain. Pak JK kau tinggalkan, pak Budiono kau gadangkan. Aku tak paham, sama sekali tak paham karena kau tak pernah bercerita kepadaku. Tapi bahasa tubuhmu mengatakan kalau engkau memang ingin mencari pasangan baru. Nampaknya, kau tak ingin ada matahari kembar dalam pemerintahanmu.
Kini di 100 hari pemerintahanmu yang kedua. Telah beribu kritik kau terima dengan pasangan barumu. Berbeda sekali waktu itu. Ketika 100 hari pemerintahanmu yang pertama. Membuat orang banyak memuji karena keberanianmu melawan korupsi, dan memenjarakan bandit-bandit negara.
SBY oh SBY. Mengapa perjalanan waktu begitu cepat merubahmu? Apakah kekuasaan telah membuatmu lupa bahwa semakin engkau berkuasa, maka akan semakin banyak godaan menerpa. Angin kecang akan datang menyerangmu, bahkan mungkin lebih kencang dari kasus century dan KPK.
Sebagai guru, Aku hanya bisa berdoa, semoga Tuhan Yang Maha Bijaksana selalu membimbingmu menjadi pemimpin bangsa yang dikagumi oleh rakyatnya. Dikenang dan dipuja puji sepanjang masa.
salam Blogger Kompasiana Omjay http://wijayalabs.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H