Minggu, 28 April 2013 Writing Institute menyelenggarakan kegiatan  Pelatihan Penulisan Ilmiah di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Salah satu materi yang diberikan adalah menumbuhkan semangat meneliti di kalangan mahasiswa.  Sebuah materi yang sangat cocok untuk diberikan kepada mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir mahasiswa yang biasa disebut skripsi.
[caption id="attachment_240571" align="aligncenter" width="640" caption="Piagam Penghargaan"][/caption]
Sebagai salah satu nara sumber yang diminta oleh panitia untuk menyampaikan materi itu, saya mencoba memberikan semangat baru kepada teman-teman mahasiswa yang hadir dalam pelatihan penulisan ilmiah ini. Sebelumnya, mereka sudah dibekali materi bagaimana menulis karya tulis ilmiah.
Saya sendiri merasakan tidak mudah untuk menumbuhkan semangat meneliti di kalangan mahasiswa. Namun berdasarkan pengalaman saya sendiri, dan kisah nyata menjadi mahasiswa yang telah lulus S1 dan S2 saya mampu mempresentasikannya dengan baik. Hal itu bisa saya buktikan dengan selesainya tugas akhir mahasiswa yaitu skripsi dan tesis. Alhamdulillah, kedua proses itu saya lalui dengan tepat waktu. Tinggal tugas desertasi saja yang belum saya lakukan, karena belum menyelesaikan kuliah S3.
Saya memulai presentasi dengan sebuah motivasi dan beberapa prestasi saya di bidang karya tulis ilmiah. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, tetapi saya bermaksud untuk memotivasi teman-teman mahasiswa untuk mampu beprestasi. Sebab dibutuhkan perjuangan untuk menggapainya, dan nikmati prosesnya. Jadi tidak bisa kesuksesan itu diperoleh dengan cara sim salabim. Semua bermula dari kegagalan demi kegagalan, dan saya pantang menyerah untuk menggapainya.
Kita tentu ingin menjadi kaya di usia muda, karena itu kita harus kreatif dan memiliki karakter yang kuat untuk menjadi orang yang sukses. Kita harus mengasah kreativitas dan imajinasi kita. Salah saunya yaitu dengan keterampilan menulis. Keterampilan inilah yang saya fokuskan untuk diri saya, dan Alhamdulillah banyak menuai berbagai prestasi di bidang karya tulis ilmiah.
Selain itu, kita harus cepat tanggap dengan perubahan dan kondisi yang terjadi. Untuk mampu menumbuhkan semangat menulis, pelajari cara orang menulis. Terutama menulis skripsi bagia mahasswa yang akan menyelesaikan studinya. Tak ada cara lain selain belajar cara jitu menulis skripsi. Sesuatu yang mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah.
Seringkali pada saat mau menulis skripsi kita bingung mau menuliskan darimana. Begitu banyak masalah yang terlihat di depan mata. Oleh karena itu, kita harus sering main ke perpustakaan untuk melihat karya tulis ilmiah orang lain. Kita belajar dari mereka.
Alangkah indahnya, bila masalah itu berdasarkan pengalaman atau kisah nyata yang dilakukan sehari-hari sehingga membekas ke dalam diri dan mudah sekali menuliskannya. Saya memberikan contoh tentang kejadian Wedhus Gembel di daerah gunung Merapi Yogyakarta. Tentu akan berbeda hasilnya bila kita Cuma baca dari perpustakaan dengan kita mengalaminya secara langsung. Apalagi bila kita bisa mendokumentasikan kejadiannya. Seperti mobil Suzuki APV yang hangus terbakar terkena wedhus gembel di dekat rumah mbak Marijan almarhum.
Saya mengajak peserta pelatihan penulisan ilmiah untuk praktik menulis. Praktik menulis ini saya dapatkan dari Mas baban yang sangat produktif sekali menulis buku dan karya tulis ilmiah. Saya meminta peserta untuk menuliskan sebuah karangan yang berjudul alangkah indahnya wajah desaku.
Sungguh saya tak percaya melihat hasil karya tulis para peserta. Tulisannya sangat bagus sekali dan menginspirasi. Terbukti tak ada satupun tulisan yang sama antara satu peserta dengan peserta lainnya. Itulah bukti dari indahnya sebuah keragaman. Tak ada orang yang memiliki gaya menulis sama walaupun judulnya sama. Di situlah terbukti, bahwa skripsi yang baik pastilah tidak akan pernah sama antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, kecuali mereka melakukan plagiarisme atau melakukan praktik copy paste yang tidak dibenarkan dalam penulisan karya tulis ilmiah.