Di hari libur ini, saya sengaja tak kemana-mana. Saya sempatkan diri ini untuk melumat habis buku mas inu, Pak Beye dan Keluarganya. Saya ingin tahu apa yang menarik dari isi buku ini, dan mempelajari isi bukunya agar sayapun bisa merajut tulisan-tulisan saya di kompasiana menjadi sebuah buku.
Dalam buku pak Beye dan Kerabatnya, ada 4 bab penting yang menjadi topik utama, yaitu:
- Pengusaha
- Menteri
- Politisi
- Warga Biasa
Hal menarik dari isi buku ini adalah kepiawaian sang editor yaitu kang haji pepih dalam memilah, dan memilih tulisan mas inu kedalam keempat topik di atas. Bagi saya kang haji pepih telah berhasil menggiring pembaca ke arah 4 topik itu dan menjadi isu besar yang wajib dibaca oleh pak Beye dan kerabatnya. Kang haji pepih telah berhasil menggiring hal-hal yang tidak penting menjadi penting dalam buku ini.
Dalam kata pengantarnya kang haji pepih menuliskan, buku ketiga dari tetralogi ini sejatinya menjadi rujukan menarik tentang sejumlah kerabat yang berada dekat di sekitar SBY. Yang tidak terelakkan adalah penyebutan nama-nama kerabat SBY, baik dari kalangan sipil, maupun militer. Dari kalangan pengusaha maupun menteri hingga politisi.
Buat saya, memang buku ketiga mas inu ini memiliki nilai jual yang tinggi. Selain peluncuran bukunya dihadiri langsung oleh editornya, buku ini memang membuka politik pencitraan yang membuat orang lain menjadi gelisah. Bisa jadi orang yang benci dengan SBY akan semakin benci, dan yang suka pak SBY akan semakin suka. Begitulah kalimat yang saya kutip dari pernyataan Effendi Gozali (EG) di peluncuran buku Mas Inu.
Memang benar apa yang disampaikan oleh mas EG di peluncuran buku mas inu di gramedia Grand Indonesia itu. Saya membaca hampir 30 % isi buku mengulang dari buku pertama dan kedua. Bila buku keempat mas inu yang berjudul Pak Beye dan Keluarganya akan dibuat, maka bagian ini jangan terulang lagi. Harus ada sesuatu yang baru dari buku yang keempat.
Namun, ada sedikit banyolan dari kang haji pepih ketika kami mengobrol usai peluncuran buku pak beye dan kerabatnya. Kang Haji pepih mengatakan, "Buku kedua Mas Inu agak menurun penjualannya karena editor buku mas Inu tak hadir di peluncuran buku kedua itu, hehehehe". Penyataan kang pepih itu ada benarnya, sebab nafas buku mas inu jelas ada di kang haji  pepih. Sayang kang pepih tak hadir di peluncuran buku kedua mas inu, Pak beye dan politiknya di Gramedia Matraman beberapa waktu lalu.
Melumas habis pak Beye dan kerabatnya, membuat saya semakin benci kepada beliau. Bukan karena benar-benar cinta, tetapi karena saya tak masuk dalam jajaran kerabat beliau. Maklumlah saya hanyalah seorang guru yang menjadi "korban" dari sertifikasi guru. Bagi saya, pak Beye telah membuat para guru terpesona dengannya.