[caption id="attachment_114128" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com/Banar)"][/caption]
Jum'at, 3 Juni 2011 kami sekeluarga pergi ke Citayam. Kami pergi naik kereta KRL dari stasiun Cawang sekitar pukul 9.00 pagi. Di stasiun ini kami membeli tiket ekonomi AC seharga Rp. 5.500 per tiket. Kami pun serasa nyaman naik kereta KRL Ekonomi ber-AC. Ada orang baik memberi anak dan istri tempat duduk. Anak-anak sayapun terlihat gembira bisa naik kereta. Maklumlah tempat tinggal kami jauh dari stasiun. Jadi sangat jarang kami menggunakan jasa transportasi kereta api.
Di dalam kereta api silih berganti pedagang asongan menjajakan barang dagangannya. Harga barang yang dijual sangat murah. Dibandingkan dengan harga di toko, harga barang dari pedagang asongan di kereta jauh lebih murah. Perjalanan pergi ke Citayam dari Cawang sangat menyenangkan. Tapi tidak pada saat kami pulang.
Ketika kami pulang, KRL Ekonomi AC baru ada pukul 06.30 sore. Sedangkan kami sudah ada di stasiun citayam pukul 05.50 sore. Akhirnya saya memutuskan membeli tiket kereta KRL ekonomi Citayam-Jakarta seharga Rp. 2.000, -. Tak menunggu lama, kereta KRL ekonomipun datang. Kami mendapatkan tempat duduk di gerbong terakhir, dan sayangnya hampir setiap gerbong lampunya mati. Kami duduk dalam kegelapan malam.
Pedagang asongan hilir mudik menjajakan barang dagangannya. Dengan lampu-lampu center yang kecil mereka menjual barang dagangannya. Saya membeli koek kuping atau cotton but. Harganya murah, dan tak kalah mutunya dengan barang-barang di supermarket.
KRL Ekonomi Bogor- Jakarta Tanpa Lampu. Menurut saya ini sangat berbahaya untuk para penumpang. Apalagi bila ada orang jahat yang memanfaatkan kesempatan ini. Tentu sangat tidak nyaman menggunakan jasa kereta api KRL yang seperti itu. Sayapun pasang badan untuk melindungi keluarga saya. Saya khawatir ada orang jahat yang memanfaatkan kondisi KRL tanpa lampu.
Buat para pejabat departemen perhubungan atau pengelola kereta api. Sudah saatnya kereta api kita dibenahi lebih baik lagi pengelolaannya. Gerbong tanpa lampu, sangat berbahaya untuk keselamatan manusia. Mohon kiranya lampu-lampu diperbaiki, dan penumpangpun nyaman berada di dalam kereta api.
Turun di stasiun Cawang. Saya melihat KRL tujuan Bogor padat sekali. Tanpa lampu dan banyak orang berkumpul di atas gerbong kereta. Sungguh ini sangat berbahaya. Tapi kenapa dibiarkan saja?
Saya jadi teringat kembali ketika tinggal di cibitung, Bekasi. Tak ada KRL lewat stasiun. Kami harus menunggu KRD di stasiun Bekasi. Bila tak kebagian, terpaksalah naik ke atas gerbong, karena itu tempat yang masih tersisa. Inilah kereta rakyat. Tanpa lampu, dan tanpa tempat duduk.
Salam Blogger Persahabatan