Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika TIK Sebagai Ilmu Diabaikan

13 Januari 2016   19:50 Diperbarui: 13 Januari 2016   21:39 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teknologi Informasi dan Komunikasi disingkat TIK adalah mata pelajaran wajib yang masuk dalam kurikulum 2006. Ada naskah akademik dicantumkan oleh kepala pusat kurikulum pada saat itu. Pada intinya TIK sebagai sebuah keilmuan sangat dibutuhkan peserta didik untuk membantu kehidupannya sehari-hari. Dengan menguasai TIK diharapkan siswa mampu memanfaatkannya dalam kehidupannya di masa mendatang.

Namun sayangnya, mata pelajaran ini belum sempat dikembangkan dan masih banyak guru TIK yang belum mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya. Banyak guru yang dianggap bisa mengajar TIK akhirnya menjadi guru TIK. Di daerah banyak sekali kekurangan guru TIK sehingga guru mata pelajaran lainnya akhirnya diminta menjadi guru TIK, lalu mengikuti sertifikasi guru TIK, dan lulus sertifikasinya.

TIK kemudian berkembang bukan hanya sebagai mata pelajaran. TIK terihat ada di mana mana. TIK menjadi alat bantu pembelajaran di kelas. Oleh karena itu semua guru diharapkan bisa menguasai TIK. Muncul paradigma baru, TIK diharapkan masuk dan terintegrasi ke semua mata pelajaran.

Berdasarkan logika itu maka dihapuslah mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013. TIK dianggap hanya sebagai alat bantu saja. Sedangkan TIK sebagai sebuah ilmu yang terus berkembang berdasarkan filsafat ilmu diabaikan. Turunlah kebijakan mata pelajaran TIK dihapuskan dalam kurikulum 2013.

Tentu saja para guru yang mengampu mata pelajaran itu menjadi galau. Mereka datang ke DPR, dan ke kantor Kemdikbud. Mereka juga datang ke PGRI sebagai organisasi guru terbesar di negeri ini. Segala cara dicari agar TIK kembali sebagai mata pelajaran.

Berbagai upaya sudah dilakukan secara akademik. Pelaksanaan seminar nasional sudah beberapa kali dilaksanakan. Baik di aula kemdikbud sampai di kampus kampus. Banyak hal yang akhirnya terungkap dan menjadi fakta tambahan hilangnya TIK dalam kurikulum 2013.

Dihapuskannya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia dari kurikulum 2013 menambah keterpurukan pendidikan di Indonesia. Padahal di negara maju lainnya pendidikan computer science di sekolah kian dikembangkan. Menurut World Education Forum, pendidikan Indonesia menempati ranking 69 dari 76 negara. Hal ini terungkap dalam Seminar Nasional Computer Science di Aula Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Jumat (18/9/2015) yang dihadiri lebih dari 500 orang guru dari berbagai daerah di Indonesia. Dihapuskannya mata pelajan TIK karena tidak adanya listrik di berbagai daerah. Kemdikbud merasa berat untuk menyiapkan listrik di semua sekolah dan takut di PTUN kan oleh masyarakat.

Ketika TIK dilupakan sebagai sebuah ilmu berdasarkan kajian filsafat ilmu, maka terungkaplah bahwa TIK sebagai sebuah ilmu baru yang berkembang baik dari sisi teknologi informasi dan teknologi komunikasi. TIK tidak hanya terbatas sebagai pengolah kata dan pengolah angka saja tapi lebih dari itu.  Materi TIK dari semua jenjang mulailah berkembang menjadi computer science yang di luar negeri menjadi mata pelajaran wajib dan diberikan kepada peserta didik. Bahkan coding sudah diajarkan dari usia 4 tahun di luar negeri.

Kini kawan kawan guru TIK semakin resah dan gelisah. TIK yang diharapkan terus berkembang sebagai sebuah ilmu ternyata hanya diakui sebagai alat oleh kemdikbud. Sementara sebagai ilmunya tidak dikembangkan seperti yang diharapkan berbagai organisasi guru TIK. Saat ini TIK hanya diakui sebagai bimbingan. Keluarlah permendikbud 45 tahun 2015 yang merupakan perubahan dari permendikbud 68 tahun 2014. Isinya masih tetap mengecewakan guru TIK di INdonesia.

"Pelajar Indonesia makin terpuruk bila tidak belajar TIK", kata pak Onno W. Purbo pakar TIK Indonesia. Sebab mereka hanya belajar sendiri tanpa pemandu dengan materi yang tidak terstruktur dan sistematis. Belajar TIK itu menarik dan beliau menceritakan pengalamannya mengajar orang papua. Ternyata listrik dan infrastuktur bukanlah kendala penting. Namun ada yang lebih penting, yaitu sumber daya manusianya. Kemudian pak Onno menunjukkan sebuah alat yang bernama charger untuk digunakan sebagai alat menghidupkan komputer canggih yang ditunjukkan ke layar lebar. Semua peserta memberikan tepuk tangan yang meriah dan ternyata TIK bisa diberikan tanpa listrik dari PLN. Untuk melihat vidonya bisa ditonton di https://youtu.be/XjeKWElIkkw.


Seorang kawan menuliskan di facebook: "Computer science layak dituangkan dalam materi kurikulum nasional, solusi terbaik. Biarkan matpel TIk dan KKPI menjadi wadah dan tempat terbaik untuk pengembangan computer science di sekolah dan pendidikan nasional, salam save TIk dan KKpi dari makassar om jay!! Semangat terus pantang menyerah. Om Jay, benar TIK itu harus diajarkan sehingga kami yang bukan guru pengajar TIK tidak harus lagi mengajarkan bagaimana mengirim email, membuat blog. Pengalaman saya mengajar karena saya menggunakan blog sebagai media mereka membuat tugas, atau mengirimkan tugas lewat email jadi harus mengajarkan tata caranya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun