Semoga sahabat semua dalam keadaan sehat. Kebahagiaan hidup juga menyertai hari-hari anda bersama keluarga tercinta.
Jum'at, 21 Maret 2014 saya pergi ke kantor kemendikbud di Jl. Sudirman, Senayan Jakarta Pusat. Tujuannya hendak bertemu para pejabat di Kemdikbud dan memberikan petisi kepada pak menteri agar matpel TIK dan KKPI tidak hilang dalam kurikulum sekolah. Saya juga ingin mendapatkan informasi penting tentang mengapa matpel TIK dan KKPI ini dihilangkan dalam struktur kurikulum.
Informasi yang saya dapatkan saat ini masih simpang siur. Belum ada informasi yang jelas tentang keberadaan mata pelajaran TIK, nasib guru pengajarnya, dan yang terpenting adalah nasib peserta didik. Informasi yg saya dapat masih berupa draft dan belum menjadi keputusan. Sementara matpel TIK dan KKPI sudah tak ada lagi dalam struktur kurikulum. Bahkan di tahun ajaran baru saya mendapatkan tugas mengajar pelajaran baru yang bernama Prakarya. Guru TIK dialihkan menjadi guru Prakarya.
Usai mengawas UTS, saya langsung ke kantor kemendikbud dengan mengendarai sepeda motor. Alhamdulillah saya datang tepat waktu sholat Jumat. Saya sholat Jumat berjamaah di Masjid Kemendikbud yang jamaahnya membludak sampai keluar masjid.
Setelah sholat Jumat saya langsung ke ruang pak Tjipto Sumadi yang lokasi ruangannya berhadapan dengan ruang Wakil mendikbud di gedung A Lantai 2. Sementara teman-teman yang lain (Ibu Eka dan Ibu Utari) masih dalam perjalanan menuju kemendikbud.
Pak Tjipto ternyata masih harus mengikuti 3 rapat lagi. Jadi waktunya sangat singkat sekali. Di ruangan pak Tjipto kami berdialog dan berdiskusi. Pak Tjipto bilang matpel TIK dan KKPI dihilangkan dalam struktur kurikulum sudah final. Beliau bercerita, dari 26 negara yang dikunjunginya, matpel TIK secara khusus memang tidak ada diajarkan di sekolah. Saya merasa tak yakin dengan apa yang disampaikannya.
Segudang pertanyaan masih tersimpan dalam memori otak saya. Kami belum banyak berdialog, tetapi waktu pak Tjipto terbatas sekali, karena akan ada rapat berikutnya. Saya pun akhirnya keluar dari ruangan beliau dengan perasaan yang kurang puas. Sementara itu batterai ponsel juga ngedrop. Saya tak bisa menjawab telepon ibu Eka yang masuk.
Untunglah kami bertemu di tikungan ruangan sekretaris pak Menteri, dan tak lama kemudian ibu Dewi Utari pun datang. Kami bertiga mengobrol sejenak di ruang sekretariat mendikbud. Saya katakan kepada mereka bahwa pembicaraan dengan pak Tjipto baru saja usai. Saya merasa belum puas kerena hanya berlangsung singkat. Saya hanya menyerahkan kepada beliau kumpulan tanda tangan petisi, dan proposal seminar yang akan kita lakukan pada Sabtu, 26 April 2014.
Saya mengajak ibu Utari dan ibu Eka untuk ke ruang pak Nurdin di biro umum lantai3. Ketika melewati ruang rapat pak Tjipto, saya beranikan diri menyerahkan foto copy komentar petisi yang berdasarkan abjad kepada beliau. Rupanya, pak Prof. Abdullah Alkaff ada di ruang rapat bersama beliau, dan tak lama kemudian datanglah pak Prof. Musliar Kasim, wakil menteri. Kami diberi kesempatan berdialog oleh beliau walaupun waktunya sangat singkat sekali.
Saya berikan susunan pengurus AGTIKKNAS kepada beliau dan memperkenalkan ibu Eka dan Ibu Utari. Kami katakan maksud kedatangan perwakilan pengurus AGTIKKNAS, dan beliau menerima dengan baik apa yang telah dilakukan. Terjadi dialog singkat di antara kami. Suasana kekelaurgaan terjadi di antara kami.
Intinya, pak Musliar Kasim mengatakan, "Guru TIK dan KKPI tak ada yang dirugikan". Mereka sedang menggodog permen agar guru TIK memberikan layanan TIK kepada siswa. Belum jelas bentuknya seperti apa, karena kami tidak tahu bentuk implementasinya. Mereka ingin guru TIK dan KKPI menjadi leader TIK di sekolahnya masing-masing dalam kurikulum 2013.