Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gayus dan Guru Pengawas UN

1 April 2010   08:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:03 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_108092" align="alignleft" width="448" caption="Para Peserta UN SMP , sumber wijaya"][/caption] Hari ini, Kamis 1 April 2010 adalah hari keempat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di SMP Dipenogoro 1. Hari terakhir dimana anak-anak mengerjakan soal-soal UN, dimana pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi pelajaran terakhir dari 4 mata pelajaran yang diujikan.

Tentu saja sebagai seorang pendidik, saya bersyukur kepada Allah bahwa pelaksanaan UN di SMP dapat berjalan tertib dan lancar. Namun nampaknya, kelancaran UN itu kurang terberitakan dan diliput oleh media cetak dan elektronik secara nasional. Mengapa? karena pers nampaknya lebih fokus dengan menyerahnya Gayus Tambunan (GT) di Singapura, dan berita kedatangannya menjadi buah bibir di tanah air serta menjadi headline berita dimana-mana, baik dunia maya maupun dunia nyata. Para pencari berita seakan berlomba untuk memberitakan kasus GT yang aktual. GT pun bagaikan selebritis yang ditunggu-tunggu kehadirannya di bandara Soekarno hatta oleh para penggemar beratnya. Kita pun larut dalam berita tentang GT yang menghebohkan itu. Seorang pegawai direktorat pajak yang terpaksa kabur ke luar negeri karena begitu besar tekanan yang ada untuk dirinya di dalam negeri. Berita-berita UN hampir saja luput dari pemberitaan media. Tahukah anda bahwa ada berita yang tidak diliput media? Berita tentang ucapan terima kasih presiden SBY kepada para guru yang telah sukses bertugas mengawas UN. Ucapan itu disampaikannya secara tidak langsung melalui kontak batin antara pengawas UN dan foto pak SBY presidenku yang berada di setiap kelas. Membuat kami merasa terharu karena presiden Indonesia masih memperhatikan nasib para guru. hehhehehe. Ucapan terima kasih itu oleh panitia UN dimasukkan ke dalam amplop yang berisi HP dan dibagikan kepada seluruh pengawas UN. Mereka pun tersenyum puas karena mendapatkan HP. Bahkan ada guru pengawas UN yang sangat bergembira, karena baru saja mendapatkan HP dari pak SBY yang diberikan secara tidak langsung melalui panitia UN. HP itu bukan alat komunikasi yang sekarang ini lagi booming dan dipakai oleh hampir semua orang, tetapi HP itu adalah singkatan dari HONOR PENGAWAS. HP yang dibagikan kepada para guru pengawas UN mungkin tidaklah sebesar apa yang diterima oleh Gayus Tambunan (GT). Namun tak ada satupun guru yang mengeluh atau iri dengan jumlah HP yang diperoleh, karena para guru sangat yakin akan mendapatkan HP dalam bentuk lainnya dari Tuhan Yang Maha Adil. HP itu bisa berupa HADIAH PAHALA sebagai tabungan kelak di akhirat sana. Tempat hidup sesudah mati. Sebagai buah dari kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tuntas dalam UN. Bila dibandingkan dengan gaji GT yang golongan IIIA sebesar 12 Juta /bulan dengan gaji guru gol III A tentulah seperti melihat bumi dan langit. Para guru hanya bisa tersenyum kecut dan mengelus dada sambil terus mengabdi demi kejayaan ibu pertiwi. Berusaha keras mencerdaskan bangsa ini tanpa ada perlakuan khusus seperti pegawai pajak itu yang memiliki penghasilan di atas rata-rata PNS normal pada umumnya. Bahkan lebih tinggi dari anggota TNI dan Polri yang menjaga negeri.

Para guru hanya mampu melakukan imunisasi diri seperti bayi balita agar mampu terus bertahan hidup dari gejolak krisis ekonomi yang kian hari kian membuat para guru masih berpikir untuk seputar urusan perut. Boro-boro mikiran pendidikan bermutu, mikirin besok mau makan apa sudah terbiasa terdengar di telinga. Gali lubang, tutup lubang di pegadaian. Sambil mengawas UN di hari terakhir ini, saya pandangi foto pak SBY dan pak Budiono di dinding kelas. Nampak gagah dan bersahaja. Seolah-olah mereka berkata kepada para guru, terima kasih bapak/ibu guru. Kalian adalah insan cendekia yang dibutuhkan untuk kemajuan bangsa ini. Maafkan kami bila belum mensejahterakan gaji para guru sebesar gaji GT pegawai direktorat pajak itu, bila bapak/ibu guru mau bergaji besar, berhentilah jadi guru dan ikutlah tes untuk menjadi pegawai pajak. Hahahaha. Di hari terakhir mengawas UN ini, ada kegembiraan di dalam hati para pengawas. Melihat anak-anak SMP yang baru saja menyelesaikan soal-soal UN. Berharap mendapatkan nilai yang tinggi agar dapat dengan mudah diterima di SMA /SMK favorit pilihan mereka. Pelaksanan UN di SMP telah berjalan lancar. Selancar pemeriksaan Gayus Tambunan (GT). Tetapi lancarnya pelaksanaan UN tidak seramai lancarnya pemeriksaan GT yang diliput berbagai media. Cepat tersebar baik di ranah maya maupun nyata. Sedangkan berita tentang UN? Hanya sedikit saja media yang peduili dan ikut meliput. Kalupun diliput dan dimuat, yang muncul hanya dampak negatifnya saja, sedangkan dampak positifnya kurang terangkat. Saya melihat di lantai 1 SMP Diponogoro 1, Prof. Dr. H.Arif Rachman sedang diwawancarai oleh Metrotv. Memberikan pendapatnya tentang pelaksanaan UN yang tertib dan lancar. Bukan hanya di sekolah ini saja, tetapi juga di seluruh Indonesia. Meminta kepada mendiknas agar pelaksanaan UN terus dievaluasi agar semakin baik pelaksanaannya dari tahun ke tahun.

Sebagai pembaca kompasiana, tentu anda bertanya gayus dan Guru apa bedanya? Bedanya cuma satu GAJINYA, hahhahaha.

Gayus dan guru sama-sama abdi negara, guru membuat anak menjadi pintar, gayus membuat orang menjadi pintar untuk minteran orang menilep uang pajak.

Guru bekerja sebagai pengawas UN, dan gayus bekerja sebagai pengawas pajak. gayus dan guru sama-sama pengawas. gayus bekerja mengumpulkan DAN MENGAWASI uang pajak, guru pengawas bekerja mengumpulkan soal-soal UN beserta dengan lembar jawabannya. Gayus bergaji tinggi, dan guru pengawas UN ??? Anda boleh tertawa membaca ini, tetapi ini nyata dalam dunia fana yang bernama Indonesia. Wajar saja bila semua orang bilang, "APA KATA DUNIA?"

Akhirnya, kita belajar dari Gayus dan gurupengawas UN. Siapa yang berbuat baik, akan berwajah surga, dan siapa yang berbuat jahat akan berwajah seperti neraka (iiih serem). UN yang dilaksanakan setiap tahun harus bermuatan IMTAK dan IPTEK secara terpadusehingga melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas otak, tetapi juga cerdas watak.

Salam Blogger Persahabatan

omjay

http://wijayalabs.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun