[caption id="attachment_95905" align="aligncenter" width="600" caption="Cerit Guru Konyol yang Suka Banyol"][/caption] Mengajar itu menyenangkan. Mendidik itu menggembirakan. Menyambut kepala kepala kecil yang siap untuk diisi dengan pengetahuan itu menggairahkan. Budiman mereguk kopinya yang sudah hampir dingin. Menyambar tas kulit usang tempat silabus, RPP, alat tulis, dan tetek bengek lain untuk menyambut murid muridnya di sekolah.
“Mas berangkat ya..…” katanya pada istrinya.
“Hati hati yah mas…” istrinya tersenyum. Kecup sayang di pipi. Budiman berangkat. Kedua anaknya masih tertidur pulas.
Sepeda motor butut, namun masih bisa menggas dengan lincah di belantara Jakarta yang panas. Selalu setiap hari. Jam 5.30 Budiman sudah berangkat. Biar tidak terjebak macet, begitu selalu katanya. Sampai di sekolah sekitar pukul 6.15 pagi.
“Pagi pak No….” katanya ceria pada Pak Sutrisno, Satpam yang setia membukakan gerbang, saat belum ada satupun guru lain yang datang.
“Pagi pak….” Jawab pak No.
Budiman melanjutkan memarkirkan sepeda motornya. Lalu setelah mengunci helm dan jaketnya di bawah tempat duduk, dia melangkah ke kantornya. Meletakkan tasnya disana, lalu periksa periksa sejenak. Sarapan…
“Makan apa mas….” Tanya bu Juminten kenes.
“Biasa saja mbak, nasi uduk pakai telor sambel deh….” Setelah melihat lihat menu yang sudah siap sedia. Kantin itu persis di depan kantor tata usaha di dalam komplek sekolah.
“Pagi benar mas….” Sebuah sapaan hangat terasa di bahu Budiman. Pak Siregar, guru Matematika sudah muncul.
“Eh, pagi pak Regar…. Makan hayoo..!” ajak Budiman.