Dalam pelajaran bahasa Indonesia, baik di SMP maupun SMA para peserta didik diminta untuk memiliki keterampilan menulis, dan juga berbicara.
Kenapa kedua keterampilan ini harus dimiliki oleh para siswa? Jawabannya mudah saja. Dengan memiliki keterampilan menulis dan berbicara para siswa akan mampu menyampaikan pesan kepada orang lain, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Dua keterampilan itulah yang saya pelajari terus menerus. Saya harus pandai menulis dan pandai juga berbicara. Sebab tak semua orang mampu untuk menjadi penulis, dan sekaligus menjadi pembicara yang baik.
Setiap kali saya diundang untuk menjadi pembicara di tingkat nasional, saya selalu menuliskan terlebih dahulu apa-apa yang hendak saya sampaikan. Tentu ada proses membaca yang harus saya lalui.
Tanpa membaca, saya tak bisa menyampaikan apa-apa yang menjadi tema dalam seminar atau workshop di tingkat nasional. Apalagi menghadapi audience atau peserta yang jumlahnya seringkali ratusan orang. perlu strategi sendiri untuk menghadapinya.
Ketika saya berbicara di Sucofindo Cibitung beberapa waktu lalu, saya menggunakan strategi itu. Dihadapan 400 orang guru yang hebat saya harus menyampaikan materi belajar yang menyenangkan.
Tantangan yang saya hadapi adalah saya dituntut harus mampu menyampaikan materi dengan suasana yang menyenangkan pula. Di sinilah keterampilan berbicara diperlukan, dan setiap pembicara harus mampu menarik hati peserta agar presentasi yang disampaikan menjadi komunikatif dan interaktif. Mereka harus kita giring tidak hanya menjadi pendengar saja, tetapi mereka mampu untuk menjadi peserta aktif. Proses dialog pun terjadi dengan sendirinya.
Begitupun dengan dimintanya saya untuk menjadi pembicara ICT di UPI cabang Purwakarta, pada 19 Desember 2010. Saya diminta untuk menjadi pembicara seminar nasional TIK untuk pendidikan dasar dengan tema Optimalisasi pitensi SDM Indonesia dengan Daya Saing Global Melalui Pendidikan TIK di SD. Tentu saya harus mempersiapkan diri saya untuk mampu membawakan materi dengan baik. Baik dari sisi tulisan maupun lisan. Dengan begitu peserta akan semakin tahu pesan apa yang saya sampaikan.
Bila pesan itu sampai, indikatornya mudah saja. Terlihat kepuasan dari wajah mereka sebagai para peserta. Mereka akan meninggalkan tempat dalam keadaan happy karena mendapatkan meteri yang pas di hati.  Biasanya saya akan mengkahiri presentasi dengan sebuah refleksi dari peserta, dengan begitu akan ada masukan dari para [eserta dari materi yang telah  saya sampaikan.
Sebagai seorang penulis dan juga pembicara, saya banyak belajar dari bapak Rhenal Kasali. Seorang guru besar Universitas Indonesia yang luar biasa. Saya sangat suka dengan gaya menulis pak Rhenal kasali ini. Saya pun suka kalau beliau berbicara. Enak di telinga, dan mudah dicerna. Begitupun dengan bapak Motivator kita, pak Mario Teguh. Saya sangat suka dengan gaya beliau berbicara. Cerdas dan sangat hebat dalam mempermainkan kata-kata indah yang bermakna. Sederhana tapi dalam, dan kitapun akan termotivasi dengan tulisan-tulisan beliau yang memikat hati. Kita pun akan berusaha menjadi pribadi yang baik dengan keluarga yang bahagia di dalamnya.