Pagi ini, Sabtu 2 Januari 2010, rombongan kami pergi ke pantai Santolo dan Sayang Heulang di daerah Pameungpeuk Garut Selatan. Kami pergi menggunakan 2 buah mobil, satu mobil kijang dan satu mobil zebra minibus. Seru juga isi orang-orang dalam mobil ini. Setiap mobil ditumpangi 16 orang dan bila dikalikan jumlah rombongan kami cukup banyak, 32 orang. Jumlah manusia yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, anak-anak, teteh, aa, uwak dan bibi. Ada 3 keluarga kumpul jadi satu di mobil itu. Memang hebat mobil buatan Jepang. Mampu mengangkut kami dengan penumpang yang cukup banyak. Pokoknya lucu banget, sebab di bagian depan mengangkut 4 orang, tengah 6 orang, dan belakang 6 orang. Jadi dalam mobil itu kami menggunakan strategi 466, agar semua manusia masuk ke dalamnya, hehehehehe.(Kayak strategi sepakbola aja dengan pemain cadanganya).
Jadi kalau ada iklan di televisi yang mengatakan bahwa mobl kijang memang tiada duanya, hari ini saya telah membuktikannya ternyata kijang memang terbukti tuh, hahahahahaha.(SEmoga direksi astra member saya hadiah, karena telah membantu iklan mobil ini, heheehhehe).
Untuk masuk ke pantai Santolo, petugas hanya meminta uang parkir mobil sebesar Rp. 5000,- dan tidak ada pungutan lagi untuk bisa masuk pantai ini. Begitu sampai, anak-anak langsung berganti pakaian dan menyerbu pantai. Agak khawatir juga kami para orang tua, karena ombak di pantai begitu besar, dan bila tidak hati-hati, maka anak-anak itu akan hanyut di terjang ombak. Oleh karenanya, setiap anak diapit oleh orang tuanya masing-masing agar terjaga keamanannya. Sebab, menurut kabar berita dari petugas pantai, baru kemarin dua orang anak tewas diterjang ombak dan hanyut ke bawa arus laut yang deras. Sedih juga mendengar kabar itu. Laut yang bersahabat menjadi maut yang menakutkan. Mengambil nyawa siapa saja yang lengh dan lalai dari peringatan petugas pantai.
Di pantai Santolo ini kita tidak boleh ngomong sembarangan. Kata orang sini namanya pamali. Atau mereka sering bilang, “Tong nyarios kamana wae”.
Hampir satu jam kami berada di pantai ini, kami takut berlama-lama karena ombak semakin besar. Petugas pantai sudah memberikan peluit tanda peringatan bahwa laut pasang dan ombak semakin besar. Para orang tua memutuskan untuk segera pindah ke lokasi pantai yang lebih aman.
Setelah meminum teh manis hangat, kami semua kembali ke mobil masing-masing dan menuju pantai Sayang Heulang yang lokasinya tak jauh dari pantai Santolo. Ana-anak terlihat sangat gembira akan bermain di pantai Sayang heulang ini. Sebab menurut informasi, di pantai ini kita bisa mencari karang laut yang indah dan juga kumbang laut (komang-komang) serta ikan karang yang lucu. Informasi itu membuat kami bersemangat pergi ke pantai ini.
Rombongan tiba di tepi pantai, di sana sudah menunggu perahu kayu yang telah menunggu untuk menyeberangkan kami ke pantai Sayang heulang. Besar juga isi perahu kecil ini. Rombongan yang berjumlah 32 orang itu bisa masuk di dalamnya. Kami pun sangat menikmati naik perahu ini. Anak-anak pun berteriak histeris bila perahu agak miring ke kiri dan kanan. Seolah-olah takut bila perahu akan terbalik. Saya pun demikin sebab saya tak bisa berenang. Dengan tubuh yang hampir satu kwintal ini pastilah saya akan tenggelam, hehehehehehe.
Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat di pantai Sayang Helang dan kami menaiki jembatan sasak gantung yang tinggi dan mengerikan itu. Terus terang saya takut sekali menaiki jembatan ini. Sebab takut putus di tengah. Kalau saya sampai terjatuh ke bawah, bisa-bisa besok saya masuk berita di Koran pikiran rakyat, warta kota, atau pos kota. Judul beritanya tertulis besar-besar, “Seorang guru bertubuh gempal ditemukan mati terjatuh dari jembatan gantung di pantai Sayang Heulang”.
Untunglah hal itu tidak terjadi, saya selamat sampai tujuan dan langsung berkumpul dengan rombongan yang sudah menyatu dalam laut biru mencari karang biru dan lain-lainya. Di pantai ini, airnya bening sekali dan tidak ada ombak, sehingga relative aman untuk anak-anak mencari kumbang laut, ikan karang, kepiting, dan rumput laut.
Saya lihat keceriaan di wajah mereka. Bermain, dan berenang bersama keluarga sambil mencari kumbang laut yang lucu-lucu. Lalu saya lihat anak-anak berhasil menangkap ikan karang yang lucu dan saya memuji kebesaran sang maha Pencipta yang telah menciptakan ikan ini. Bulat kecil, berwarna-warni dan sepintas tidak seperti ikan, karena ikan ini menyatu dalam karang-karang laut.
Tibalah waktu makan siang, perahu kayu telah menjemput kami kembali ke tempat semula. Kami makan siang bersama di sana. Enak sekali rasanya, karena makan siang itu di tambah dengan sambal cibiuk dan ikan bakar yang masih hangat. Pokoknya maknyos banget dech!. Saya lihat banyak orang yang nambah makannya, termasuk saya yang tanpa terasa sudah nambah sampai 3 kali, hehehehe.
Selepas makan siang, kami kembali ke rumah saudara yang semalam kami inapi. Banyak saudara kami tinggal di Pameungpeuk sini sehingga kami sampai bingung mau menumpang menginap di mana. Saya memilih menginap di rumah yang ada kipas anginnya. Maklumlah saya tak biasa bila tidur tanpa kipas angin. Sebab saya tak kuat menghadapi nyamuk-nyamuk nakal yang mengiung-ngiung di kuping. Sebenarnya nyamuk itu bukanlah serangga yang mengganggu manusia. Tetapi bila sudah berkumpul dengan teman-temannya, maka nyamuk akan siap menyerbu dari segala penjuru mengambil darahmu seperti drakula yang menakutkan itu. Aduuuuh, sakiiiiit, …..iiiiiiih sereeeeem!
Akhirnya, cerita seru di laut biru mengiringi perjalanan kami pulang ke kota Wanaraja, Garut. Sambil mendengarkan tembang emas almarhum Michael Jackson, “Black or White” di dalam mobil, saya pun tertidur kelelahan dan bermimpi indah menari sambil menyanyi bersama Michael Jackson sang bintang kenamaan itu. Jasadnya boleh tiada, namun karya seninya tetap abadi sepanjang masa.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay