Bagi anda yang mengenal KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym pastilah mengenal sebuah tempat yang bernama Daarut Tauhid. Di tempat ini banyak ribuan santri dididik, dan banyak masyarakat luas di Indonesia ingin sekali berkunjung ke tempat ini untuk belajar Manajemen Qolbu. Bahkan para pejabat di tanah air seperti pak SBY pernah mengunjungi tempat ini. Namun, setelah dikabarkan Aa Gym menikah lagi, banyak yang mengatakan kalau Daarut Tauhid tidak seramai dulu lagi. Benarkah???
Sepulang dari bersilahturahmi ke rumah mbak Mariska Lubis di Pondok Hijau, saya sempatkan untuk mampir ke Daarut Tauhid, Geger Kalong Bandung. Di tempat ini, saya melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Ramai sekali suasana pada saat itu. Maklumlah selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan dilaksanakan kegiatan I'tikaf. Kegiatan rutin yang selalu dilaksanakan Masjid Daarut Tauhid setiap tahunnya.
Banyak sekali para jemaah yang mendaftarkan diri, hal ini terlihat dari banyaknya jemaah yang melaksanakan sholat dhuhur berjamaah yang lebih ramai dari biasanya. Menurut informasi dari pengurus masjid yang saya terima, jamaah masjid terus bertambah seiring dengan akan semakin berakhirnya bulan ramadhan tahun ini.
Di masjid Daarut Tauhid ini, saya merasakan suasana yang berbeda dari masjid-masjid lainnya. Biasanya, diakhir ramadhan banyak masjid yang ditinggal oleh para jamaahnya. Tetapi di sini saya melihat justru kebalikannya. Masjid semakin ramai, walaupun saya mendapatkan informasi kalau Aa Gym, pimpinan Daarut Tauhid ini tidak ada di tempat, dan sedang berada di tanah suci membawa rombongan umroh.
Di depan Masjid Daarut Tauhid ada pusat perbelanjaan yang cukup ramai. Saya mengunjungi tempat itu untuk berbelanja kebutuhan lebaran idul fitri, seperti peci atau kopiah, dan juga mencari buku-buku agama yang akan menambah wawasan ke-Islaman saya.
Pada saat saya melihat-lihat buku-buku itu dijajakan, saya melihat sebuah buku yang menarik hati saya, dan kebetulan sekali sedang ada discount yang cukup banyak. Saya tertarik dengan buku Shahih Bukhari Muslim yang dijual dengan harga hanya Rp. 50.000. Kalau kita beli di Jakarta, harga buku itu sekitar Rp. 90.000-an. Buku ini bukan hanya murah, tetapi isinya sangat penting untuk dibaca oleh kita yang mengaku beragama Islam. Sebab Nabi Muhammad SAW memberikan kita dua pedoman hidup yaitu, al-Qur'an dan Al-Hadist.
Setelah membaca sepintas isi buku itu, saya putuskan untuk membelinya. Sebab banyak sekali hadist palsu berkeliaran dan tak jelas riwayatnya. Banyak hadist palsu yang beredar membuat para ahli hadist menyaringnya. Para ulama sepakat bahwa hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim mempunyai kadar shahih atau kebenaran yang tinggi. Dengan membeli buku Sahih Bukhari Muslim yang diterbitkan oleh Al-Bayan-Jabal ini, saya berharap pengetahuan saya di bidang hadist menjadi semakin bertambah. Bagi anda yang belum memiliki buku ini, saya rekomendasikan anda untuk membelinya.
Setelah membeli buku, saya terus berkeliling ke bagian belakang pusat perbelanjaan. Saya melihat seorang pedagang dengan ramah menawarkan dagangan kopiahnya. Bagi saya yang seorang blogger dan juga sekaligus fotografer, saya mengambil moment unik ini. Di sanalah terlihat betapa ramahnya seorang pedagang kepada calon pembelinya. Melayaninya dengan penuh keramahtamahan, dan juga senyuman termanisnya. Terus terang saya terkesan sekali dengan pedagang ini. saya menjadi teringat kisah rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Beliau adalah seorang pedagang yang ramah dan jujur.
Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya liput dari tempat yang bernama Daarut Tauhid ini, terutama tentang kegiatan i'tikaf yang tentu menarik. Saya lihat, di Aula bagian belakang, para peserta I'tikaf dikumpulkan untuk mendapatkan materi. Namun sayang, saya dibatasi oleh waktu dan harus segera pergi dari tempat ini. Bila Allah mengizinkan, semoga saya bisa kembali ke tempat ini dan menggali informasi lebih banyak. Kalau mau jujur, Daarut Tauhid masih seperti yang dulu. Tetap ramai dan menarik untuk dikunjungi khalayak ramai. Akh, mungkin ini hanya pendapat subyektif saya saja, bagaimana dengan anda?