Pendahuluan
Dalam Facebook seorang kawan, ada kisah seorang pria rela makan nasi garam selama 19 tahun. Berkat hemat hanya makan nasi garam, tabungan pria itu telah mencapai Rp. 2,8 Miliar. Begitulah judul berita yang Omjay baca.
Sayang dalam status facebooknya tidak dituliskan siapa nama pria itu dan tinggal dimana oleh kawan Facebook tersebut. Tidak juga dijelaskan apa pekerjaan pria tersebut sehingga bisa mengumpulkan uang di tabungan sampai Rp. 2, 8 Miliar.
Hal yang paling penting Omjay baca dari ratusan komentar adalah para netizen berkomentar memiliki dua sudut pandang yang berbeda. Satu berpandangan positif dan satunya lagi negatif. Itulah dampak sosial dari informatika.
Isi Tulisan ini hanya menceritakan bahwa kalau kita hemat dan mendahulukan kebutuhan daripada keinginan, maka kita bisa menabung demi masa depan. Â Tabungan itu bisa untuk tabungan di dunia dan tabungan di akhirat. Kita bisa menabung untuk akhirat dengan cara bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan.
What, apa yang harus kita lakukan untuk berhemat?
Omjay banyak menunda keinginan dan lebih mendahulukan kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan. Selama hidup berumah tangga, kami hidup sederhana. Omjay bekerja sebagai seorang guru yang gajinya tidak besar.
Kami hidup berhemat, membeli rumah dan kendaraan dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. Tabungan keluarga kami tidak besar dan hidup dalam keadaan pas-pasan. Hehehe.
Pas mau nyekolahin anak ada duitnya. Pas mau kuliahin anak di perguruan tinggi ada duitnya. Pas mau menikahkan anak ada duitnya. Pokoknya kami hidup dalam keadaan pas-pasan. Tidak pernah kekurangan dan tidak pernah pula kelebihan uang.
Kami hidup hemat hanya menjalankan nasehat orang bijak. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Nasehat itu omjay dapat ketika masih belajar di sekolah dasar. Teman-teman pasti masih mengingatnya.