Setelah menjadi guru penggerak lalu apa?
PendahuluanÂ
Seorang kawan menuliskan komentar di kompasiana. Isinya sangat bagus sekali sebagai bahan refleksi diri. Beliau menuliskan komentar dari tulisan omjay yang berjudul jangan mau ikut program pendidikan guru penggerak. Artikelnya sudah dibaca lebih dari 123.473 pembaca.
"Masih banyak yang bisa didiskusikan dari topik ini. Semoga Omjay bisa mengangkat topik yang sama dengan ulasan lebih mendalam terutama bagaimana gerakan para guru penggerak ini setelah lulus sebagai guru penggerak. Benarkah mereka fokus kepada murid atau fokus pada diri mereka sendiri dengan bermanipulatif sebagai sosok cerdas, aktif, serba tahu segalanya yang seolah-olah bijak dalam tutur katanya?"Â Begitulah salah seorang teman berkomentar.
"Padahal berbagi peran dan saling mendorong sesama guru penggerak pun mereka tak rela. Mereka fokus menjadikan dirinya selalu terdepan, teratas, terpopuler bak Tuhan bagi para rekan-rekan sesama guru penggerak lainnya. Sungguh menyedihkan dan memalukan."
Isi tulisan Ini sedikit membahas tentang kinerja seorang guru penggerak setelah dinyatakan lulus sebagai guru penggerak kemdikbud ristek. Tentu saja guru penggerak hanya manusia biasa yang tak sempurna. Bila ada yang terlihat sombong dan angkuh, mungkin itu sebuah ekspresi dari kerja keras mereka selama mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak. Atau hanya sebagian kecil oknum yang tak paham bahwa berbagi ilmu dan pengalaman itu indah.
Apa yang harus dilakukan seorang guru penggerak setelah dinyatakan lulus oleh Kemdikbud ristek?
Guru penggerak harus terus bergerak, tergerak, dan menggerakkan guru lainnya. Guru tidak pernah puas dengan apa yang sudah dicapainya dan akan terus belajar sepanjang hayat.Â
Guru penggerak harus terus menerus memperbaiki cara mengajarnya sehingga selalu ada di hati semua muridnya. Tentu saja guru penggerak tidak boleh sombong apalagi tinggi hati. Guru harus rendah diri dan menerapkan ilmu padi. Kian berisi kian merunduk.Â