Lokakarya calon guru penggerak angkatan 7 (cgp7) alhamdulillah berjalan lancar di SMP Negeri 103 Jakarta Timur. Omjay berada di kelas C bersama 22 orang CGP7 lainnya. Senang sekali acara ini dapat dihadiri para pengawas atau observer dari BBGP Yogyakarta.
Pembukaan acara dibuka oleh pengajar praktik dengan ice breaking yang membahagiakan semua peserta. Ibu Yurisa pengajar praktik guru penggerak membuat kami bertemu kawan-kawan baru di CGP7.
Ice breaking oleh Pengajar Praktik membuat kami tersenyum dan tertawa gembira di pagi hari. Bagus sekali ice breakingnya. Semoga bisa Omjay terapkan di kelas Informatika SMPN Labschool Jakarta.
Kesepakatan belajar bersama kami ciptakan saat awal pembelajaran. Semua peserta diminta memberikan saran dan masukan untuk kesepatan pembelajaran di kelas selama kami mengikuti lokakarya ketiga di SMPN 103 Jakarta Timur.
Saling berkenalan Pengajar Praktik dan Calon Guru Penggerak dilaksanakan di awal lokakarya. Kami bertemu kawan baru lagi dari kelompok PP ibu Yurika dan kelompok PP pak Asep Sutisna.
Simulasi pembelajaran berdiferensiasi langsung dipraktikkan dalam kegiatan lokakarya CGP7. Alhamdulillah kami semakin paham dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Saat simulasi ada pembagian tugas atau peran. Pembagian peran Calon Guru Penggerak, satu calon guru penggerak ditunjuk melakukan simulasi mengajar, 2 orang sebagai observer, dan calon guru penggerak lain menjadi murid. Seru juga simulasinya. Kami seolah-olah langsung mengejar di kelas bersama murid.
Alur simulasi mengajar disusun sistematis: waktu simulasi, observer mengajukan pertanyaan, refleksi hasil simulasi mengajar. Keren banget saat penyampaian materinya. Terus terang Omjay sangat terkesan sekali.
Presentasi CGP dalam mengajar di kelas dilakukan sesuai penunjukkan dari PP. Pertama kali ditunjuk ibu Erni dan pak Abdul kemudian yang lain menjadi observer dan murid. Di sesi berikutnya ada ibi Lindayanti dan Pak Afif menyampaikan materi ajarnya.
Apa sih pembelajaran berdiferensiasi? Dalam KBBI, pembelajaran diferensiasi adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam.
Nah, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif dan menyenangkan.
Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu. Keberagaman dari setiap individu murid harus selalu diperhatikan.
Mengapa harus diperhatikan? karena setiap peserta didik tumbuh di lingkungan dan budaya yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka.
Pembelajaran dilakukan dengan beragam cara untuk memahami informasi baru bagi semua murid dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran evaluasinya.
Nah dari situlah sehingga semua murid atau siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif dan menyenangkan.
Selain itu juga memastikan setiap murid atau siswa di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Strategi Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
Metode pembelajaran yang digunakan semestinya Berpihak Kepada Siswa. Tujuan Pembelajaran dibuat yang dapat dicapai oleh semua siswa. Pembelajaran yang berlangsung membuat guru menjadi kreatif dan menyenangkan semua siswa.
RPP yng baik tetap dibuat oleh guru penggerak. Ada 3 komponen yang tidak boleh hilang di RPP dan modul ajar yaitu: tujuan pembalajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Praktik Mindfulness disampaikan langsung oleh Bapak Dr. Asep Sutisna sangat menarik sekali. Kami diajari Praktik STOP (Stop, Take Abrite, Observer, Proces). Kami melakukan latihan melihat dengan sadar dan lain-lainnya.
Integrasi KSE dalam pembelajaran juga diberikan oleh bapak ibu pengajar praktik CGP. KSE adalah singkatan dari Kompetensi Sosial Emosional. Guru penggerak harus menguasai KSE supaya tidak mudah emosional dan mampu menerapkan budaya positif.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.
Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid atau siswa tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching.
Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid atau siswa.
Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).
Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.
Percaya diri, relasi, keterampilan, tanggung jawab, pengambil keputusan 5 KSE. Simulasi RPP Kelompok dan presentasi RPP juga langsung dipraktikkan dalam lokakarya ketiga calon guru penggerak ini. Diskusi Strategi hasil belajar diberikan agar para CGP7 dapat mengimplementasikannya dalam kelas.
Foto Bersama dilakukan setelah selesai acara lokakarya CGP7 di SMP Negeri 103 Jakarta Timur. Kami foto bersama di luar kelas. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Tahun-tahu sudah pukul empat.
Penutupan acara oleh pengajar praktik kami yaitu bapak Filemon Sagala. Beliau guru SD Tarakanita Jakarta Timur. Senang sekali mengikuti acara lokakarya ini. Dapat ilmu, dapat teman baru, dan dapat uang saku. Panitia juga menyiapkan konsumsi yang membuat kami nyaman dan aman selama lokakarya pendidikan guru Penggerak. Semoga semakin banyak guru yang ikut PGP.
Salam Blogger Persahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H