Seorang kawan kuliah di kampus UNJ memberikan informasi kepada Omjay. Katanya di sekolah beliau ada guru penggerak. Namun, beliau tidak disukai oleh kawan-kawan guru lainnya.
Beliau menuliskan infonya seperti ini.
Mereka yang gak suka pasti ada sebabnya, di tempat saya juga  ada 1 guru penggerak,  juga tidak disukai teman-teman yang lain. Bukan hanya seorang yang tidak suka akan tetapi hampir 50 temannya tidak suka karena si guru penggerak menjadi sombong, kata-kata semakin tinggi (katanya jangan samakan dengan guru yang lain) dan merasa paling pintar itulah mungkin sebabnya tidak suka.
Omjay merenung sekaligus introspeksi diri. Seharusnya seorang guru penggerak itu disukai oleh teman-temannya. Juga disukai oleh murid-murid yang diajarkan oleh guru penggerak.
Bila ada seorang guru penggerak yang ikut seleksi Kemdikbudristek tidak disukai oleh kawan-kawan guru lainnya, berarti ada yang salah dalam diri guru penggerak tersebut. Jadi bukan karena programnya.
Setahu Omjay, guru yang telah mengikuti pendidikan guru penggerak adalah guru yang tidak sombong. Mereka menerapkan ilmu padi. Kian berisi kian merunduk. Mereka merasa kurang puas dalam melayani peserta didiknya dan berusaha untuk mampu memimpin pembelajaran di kelas dengan baik dan menyenangkan.
Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan kegiatan pengembangan profesi guru melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.Â
Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri.
Program ini bertujuan memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan serta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di lingkungan satuan pendidikannya masing-masing.Â
Rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya. Â Â Â