Acara puncak Hari ulang tahun ke-77 PGRI dan hari guru nasional baru saja usai. Lebih dari 15.000 orang hadir secara langsung di Marina Convention Center (MCC) yang ada di kota Semarang. Presiden Jokowi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Mendikbudristek Nadiem Makarim hadir dalam acara ini. Dalam sambutannya, mas menteri meminta kepada para kepala daerah untuk segera mengangkat guru penggerak kemdikbudristek menjadi kepala sekolah.
Pesan Mas menteri tersebut menjadi perdebatan panjang di media sosial khususnya wa group anggota PGRI. Pasalnya, masih ada keraguan dari para pemberi mandat, apakah lulusan guru penggerak kemdikbudristek sudah layak menjadi kepala sekolah? Terjadi diskusi pro dan kontra. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Tentu hal ini terjadi karena mereka punya sudut pemikiran masing-masing. Bagi Omjay keduanya sama bagusnya, sebab setiap daerah masalahnya beda. Jadi tidak bisa disamaratakan.
Bagi omjay yang kini sedang mengikuti program pelatihan guru penggerak angkatan 7 Jakarta Timur, ikut program ini asyik sekali. Sebab kami dipilih dari proses yang cukup panjang. Omjay pernah tidak lulus seleksi di CGP angkatan 5 dan baru bisa lulus ikut diklat di angkatan 7. Setelah ikut diklat, Omjay mendapatkan ilmu baru dan bertemu guru-guru hebat Indonesia. Mereka masih muda dan pinter, hanya saja persoalan jam terbang untuk menjadi kepala sekolah perlu diberi kesempatan.
Guru yang terlihat biasa saja belum tentu guru tersebut tidak bisa memimpin menjadi kepala sekolah. Bisa saja guru tersebut mampu memimpin sekolah setelah diberikan kesempatan. Sebab yang tua harus mulai mengkader yang muda. Dengan diberi kesempatan, guru tersebut akan menemukan keberhasilan atau kegagalan. Kalau berhasil bisa dilanjutkan karirnya, namun bila gagal mundur teratur untuk mulai belajar lagi. Seorang pemimpin lahir dari proses tempaan dan cobaan hidup. Seorang pelaut ulung tidak dilahirkan dari ombak yang tenang. Seorang kepala sekolah yang bagus akan terlihat dari hasil karya nyatanya.
Omjay sendiri belajar dari banyak kegagalan. Omjay beberapa kali gagal mencalonkan diri menjadi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Namun, omjay tak pernah putus asa. Omjay belajar lagi, introspeksi diri, dan berusaha menemukan hal-hal baru. Menjadi kepala sekolah atau tidak menjadi kepala sekolah, kita tetap mempunyai tujuan yang sama. Kita sama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa melalui bidang pendidikan. Hanya bedanya, ada guru yang diberikan amanah untuk memimpin sekolah dan ada guru yang diberi amanah untuk berkolaborasi dengan guru lain dan kepala sekolah.
Jadi, kita nikmati saja prosesnya dan Omjay sekarang mengalami berbagai tugas yang membuat kami semakin bersemangat untuk menjadi guru penggerak kemdikbudristek. Kata orang pengalaman itu adalah guru yang paling baik. Mari kita belajar pengalaman menjadi guru penggerak Indonesia.
Fasilitator kami memberikan pesan dan semangat di WA Group Guru penggerak angkatan 7 Jakarta Timur.
Assalamualaikum wr wb Salam Bahagia ....
Alhamdulillah tadi malam kita sudah berdiskusi dan mengeklpor apa itu Restitusi, Teori Kontrol dan Budaya Positif yang hebat... Terimakasih atas semangat dan komitmennya di tengah kesibukan sekolah yang sangat banyak.
Nah dua hari ini Rabu dan Kamis kita akan masuk pada modul 1.4.a.6. Demonstrasi kontekstual Budaya positif... nah kita kan praktek Restitusi dengan lebih baik lagi dan dilakukan pada murid kita....
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!